Jumat 22 Oct 2021 17:53 WIB

Sa’ad Judallah, Bintang Kejora Bagi Rakyat Palestina

Sa’ad dikenal sebagai wanita yang mengabdikan hidupnya dalam perjuangan

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Bendera Palestina. Ilustrasi
Foto: Reuters
Bendera Palestina. Ilustrasi

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Nama lengkapnya adalah Sa’ad Judallah, dia merupakan Muslimah yang lahir pada tahun 1956 di Desa Sanburah, Kota Nablas. Kiprahnya sebagai seorang Muslimah pejuang begitu luar biasa, namanya harum dan dikenal dengan julukan Bintang Kejora oleh rakyat Palestina.

Syekh Muhammad Said Mursi dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah menjelaskan profil dan kiprah Sa’ad Judallah. Sa’ad merupakan Muslimah yang berasal dari sebuah keluarga yang dikenal sangat gigih dalam menjalankan perintah agama.

Secara akademik, Sa’ad menyelesaikan pendidikan SMA-nya dalam jurusan IPA. Ia kemudian mendapat gelar diploma pada jurusan akuntansi. Dia dikenal sebagai perempuan yang cerdas dan andal yang kemudian menikah dengan Sayyid Mahmud Khalil pada tahun 1978.

Bersama suaminya, Sa’ad dikaruniai lima orang putra yang diberi nama Muhammad, Ahmad, Abdullah, Anas, dan Yasir. Dia berusaha mendidik anak-anaknya itu dengan pendidikan yang baik dan menjadikan mereka anak-anak yang senantiasa mencintai masjid.

Sa’ad dikenal sebagai wanita yang mengabdikan hidupnya dalam perjuangan, dia bahkan tak pernah lupa untuk menyediakan makanan kepada para pejuang. Dia bersama anaknya yang bernama Ahmad kerap mengantarkan makanan kepada para pejuang, dan senantiasa menganjurkan kepada pejuang untuk senantiasa berdoa agar Palestina dapat mengusir penjajah.

Dialah sosok Muslimah yang tidak pernah merasa tenang sebelum melihat pejuang-pejuang kembali dengan selamat dari meda laga. Oleh karena itu dia dijuluki sebagai ibu para syuhada. Anaknya yang bernama Ahmad pada akhirnya merupakan seorang pejuang yang mati disiksa oleh musuh-musuhnya sebab ia merupakan pembela Palestina yang berani.

Ahmad yang merupakan anak kesayangan Sa’ad itu senantiasa berbicara kepada ibunya bahwa hidup hanyalah sementara. Oleh karena itu Sa’ad merestui permintaan Ahmad yang hendak bergabung sebagai pejuang Palestina.

Tanpa berpikir panjang, Sa’ad justru berkata kepada Ahmad saat memberikan izin, “Aku telah memasrahkanmu kepada Allah,”. Sa’ad juga berkata kepada anaknya untuk jangan mati dalam keadaan tidak terhormat.

“Aku tak ingin mendengar kematianmu di tengah-tengah maut atau tembakan yang sepele. Aku ingin mendengar engkau mati di saat berjuang menghadapi penjajah,” kata Sa’ad kepada Ahmad.

Perkataan ibunya itu memberikan semangat bagi Ahmad. Dalam kiprahnya, Ahmad dikenal sebagai pejuang yang berani. Dia berhasil membunuh dua orang Zionis di dalam gedung Alul dan Abu Shalihah yang berada di tengah Kota Nablas pada tanggal 30 September 2002.

Di samping membunuh dua orang tentara Zionis tersebut, Ahmad juga membunuh orang-orang yang membantu kerja orang-orang Zionis. Dia tercatat pernah membunuh puluhan tentara Zionis lainnya.

Setelah kematian Ahmad, Sa’ad berkata, “Ahmad sekarang dalam keadaan bahagia sekali di akhirat, sehingga ia tak sempat mengunjungiku dalam mimpi,”. Setelah sekitar tiga bulan lamanya wafatnya Ahmad, Sa’ad bersama satu orang anaknya yang bernama Abdullah berjuang kembali di medan perang.

Sa’ad gugur saat berusaha ingin mengetahui kekuatan penjajah yang sedang berada di pintu masuk Kota Nablas bagian barat. Saat itu sekelompok penjajah melepaskan tembakan ke arah mereka. Sa’ad gugur dalam peristiwa itu, sedangkan anaknya terluka dan tertangkap oleh penjajah.

Syekh Mahir Al-Kharas selalu mengenang jasa Sa’ad. Baginya kepahlawanan dan berbagai macam pengorbanan dari Sa’ad begitu tulus bagi Tanah Air rakyat Palestina. Rakyat Palestina menjuluki wanita mulia itu dengan sebutan Bintang Kejora Palestina. Sa’ad bahkan dijuluki sebagai titisan para pejuang sahabat Nabi dari kalangan wanita semisal Nasibah binti Ka’ab Al-Mazniah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement