Jumat 22 Oct 2021 12:39 WIB

China Disebut 2 Kali Tes Senjata Hipersonik, AS Ketar Ketir

China mengaku hanya luncurkan pesawat luar angkasa dan tes dilakukan pada 16 Juli.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Rudal China DF-17. Moskow dan China telah melangkah jauh meninggalkan AS dalam teknologi rudal.
Foto: EPA
Rudal China DF-17. Moskow dan China telah melangkah jauh meninggalkan AS dalam teknologi rudal.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China melakukan dua tes senjata hipersonik baru pada Juli dan Agustus. Laporan tersebut ditulis oleh surat kabar Financial Times yang melibatkan empat orang yang akrab dengan penilaian intelijen Amerika Serikat (AS).

Financial Times yang berbasis di London melaporkan pada Kamis (21/10), bahwa Beijing meluncurkan roket yang menggunakan sistem pengeboman orbital pecahan untuk mendorong kendaraan luncur hipersonik berkemampuan nuklir di sekitar Bumi untuk pertama kalinya pada 27 Juli. Menurut dua orang yang mengetahui masalah peluncuran roket, lebih dari dua minggu kemudian pada 13 Agustus, Cina melakukan tes hipersonik kedua.

Baca Juga

Surat kabar itu awalnya melaporkan pada akhir pekan bahwa tes pertama dilakukan pada bulan Agustus, bukan akhir Juli. Laporan terbaru mengatakan bahwa uji coba rudal itu mengejutkan pejabat militer dan intelijen AS tentang kemajuan militer China. Para ilmuwan AS kini berjuang untuk memahami kemampuan senjata hipersonik yang saat ini tidak dimiliki AS.

Menanggapi laporan awal Financial Times, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan bahwa mereka hanya meluncurkan pesawat luar angkasa dan uji coba berlangsung pada 16 Juli. "Dipahami bahwa ini adalah tes rutin kendaraan luar angkasa untuk memverifikasi teknologi penggunaan kembali pesawat ruang angkasa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian, Senin.

Zhao dikutip oleh siaran milik pemerintah Cina CGTN mengatakan,  tes itu penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa. Tes ini menyediakan cara yang nyaman dan murah bagi manusia untuk menggunakan ruang angkasa untuk tujuan damai.

Dalam sebuah pernyataan awal pekan ini, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden sangat prihatin. Dia memberikan perhatian dengan perkembangan terbaru dalam kemampuan senjata nuklir China dan sistem pengiriman baru. Wartawan yang bepergian dengan Biden juga bertanya apakah dia khawatir dengan laporan itu, dan dia menjawab, "Ya".

Menurut perkiraan dan analisis, senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan hingga 6.200 kilometer per jam. Kekuatan itu lebih dari lima kali kecepatan suara, yang bergerak dengan kecepatan sekitar 1.235 km / jam dan menghindari sistem radar yang paling canggih sekalipun. Dwina Agustin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement