Jumat 22 Oct 2021 06:00 WIB

Enam Tahun Merugi, Bank Jago Akhirnya Bukukan Laba

Laba bersih Bank Jago tercatat sebesar Rp 14 miliar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Aplikasi Jago resmi diluncurkan Bank Jago, Kamis (15/4). Laba bersih Bank Jago pada kuartal III tercatat sebesar Rp 14 miliar.
Foto: Republika/Idealisa masyrafina
Aplikasi Jago resmi diluncurkan Bank Jago, Kamis (15/4). Laba bersih Bank Jago pada kuartal III tercatat sebesar Rp 14 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk (Jago) membukukan kinerja positif pada kuartal III 2021. Pada periode tersebut, Bank Jago berhasil membukukan laba bersih setelah enam tahun terakhir mencatatkan kerugian.

Pencapaian di kuartal III 2021 ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid dan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level sangat rendah. Selain itu, Jago juga mampu menekan biaya dana berkat peningkatan dana murah atau current account saving account (CASA).  

Penyaluran kredit hingga akhir September 2021 mencapai Rp 3,73 triliun, melonjak 502 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy). Pertumbuhan kredit terutama terjadi di kuartal III dengan kenaikan sebesar Rp 1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya (qtq). 

“Persentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu," kata Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar, melalui siaran pers dikutip Jumat (22/10).    

Kharim mengatakan, perseroan akan menjaga momentum pertumbuhan dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital. Saat ini aplikasi Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksadana online Bibit.Id dan super app Gojek. 

Menurut Kharim, integrasi ini memampukan konsumen untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara seamless, mudah, cepat dan aman. Fitur Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Bibit dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif dan kolaboratif. 

Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago juga bekerja sama dengan sejumlah fintech lending, multifinance dan institusi keuangan lain berbasis digital. Pola kerja sama pembiayaan (partnership lending) ini memampukan Jago untuk ekspansif namun dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tercermin pada rasio NPL yang berada di level 0,6 persen. 

“Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif dan cepat,” kata Kharim.   

Pertumbuhan kredit sebesar 502 persen berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp 355 miliar. Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 persen menjadi Rp 38 miliar. Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp 318 miliar, atau tumbuh 640 persen. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen.   

Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 564 persen. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA sebanyak Rp 985 miliar, melonjak 1.031 persen. Sedangkan deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 427 persen. 

Proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, porsi CASA pada September 2021 mencapai 38,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 22,74 persen, atau posisi akhir Juni sebesar 30,21 persen. Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26 persen menjadi 69,79 persen dan kini 61,3 persen.

 “Porsi CASA yang terus membesar ini mempengaruhi struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin. Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang semakin baik terhadap aplikasi Jago,” kata Kharim.       

Pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah dan kemampuan memperbaiki struktur biaya dana, berdampak positif pada perolehan laba bersih (net profit after tax/NPAT) senilai Rp 14 miliar. Pencapaian pada kuartal III 2021 ini sekaligus memutus rantai kerugian yang membelit perseroan selama enam tahun terakhir. 

“Meski laba tahun berjalan masih negatif, kami tetap bersyukur atas pencapaian ini. Kami optimistis kinerja kami di masa mendatang akan terus membaik dan Jago akan menjadi bank digital yang profitable serta mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan,” kata Kharim.     

Sementara itu, aset Jago mencapai Rp 11 triliun per akhir September 2021, tumbuh 536 persen (yoy). Adapun permodalan mencapai Rp 8 triliun, sangat solid untuk menunjang ekspansi dan rencana bisnis Jago ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement