Jumat 22 Oct 2021 01:41 WIB

Kisah Nabi Ibrahim dan Pengamatan Langit

Kisah Nabi Ibrahim dan pengamatan langit dalam Alquran.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA --  Dijelaskan dalam Tafsir Kementerian Agama pada Surah Al-An'am Ayat 76.

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ

Baca Juga

Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, "Inilah Tuhanku." Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, "Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS Al-An'am: 76).

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan proses pengenalan Nabi Ibrahim secara terperinci. Pengamatan pertama Nabi Ibrahim tertuju pada bintang-bintang, yaitu pada saat bintang nampak bercahaya dan pada saat bintang itu tidak bercahaya, dilihatnya sebuah bintang yang bercahaya paling terang (Musyatari), ada pula yang mengatakan planet Jupiter dan Venus (Zahrah) yang dianggap sebagai dewa oleh pemuja bintang yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi kuno. Kaum Nabi Ibrahim juga termasuk pemuja bintang tersebut.

Maka timbullah pertanyaan dalam hati Nabi Ibrahim, "Inikah Tuhanku?" Pertanyaan ini merupakan pengingkaran terhadap anggapan kaumnya, agar mereka tersentak untuk memerhatikan alasan-alasan pengingkaran yang akan dikemukakan.

Setelah bintang itu tenggelam dan sirna dari pandangan Nabi Ibrahim, timbul keyakinan bahwa yang tenggelam dan menghilang tidak bisa dianggap sebagai Tuhan. Ini sebagai alasan Nabi Ibrahim untuk mematahkan keyakinan kaumnya, bahwa semua yang mengalami perubahan itu tidak pantas dianggap sebagai Tuhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement