Kamis 21 Oct 2021 14:42 WIB

Taliban Memohon Pengakuan di Pertemuan Moskow

Pejabat dari 10 negara menghadiri pertemuan dengan Taliban di Moskow.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Sergei Bobylev/TASS/dpa/picture alliance
Sergei Bobylev/TASS/dpa/picture alliance

Rusia menjadi tuan rumah bagi Taliban untuk melakukan sebuah pembicaraan pada Rabu (20/10). Pembicaraan tersebut dihadiri oleh pejabat dari 10 negara berbeda, termasuk Cina dan Pakistan.

Ini adalah pertemuan internasional paling signifikan bagi Taliban sejak merebut kekuasaan di Afganistan pada pertengahan Agustus lalu.

Delegasi Taliban dalam pertemuan dipimpin oleh Wakil PM Abdul Salam Hanafi, yang juga ikut dalam pembicaraan dengan Uni Eropa (UE) dan AS pekan lalu. Menurut Hanafi, pertemuan Moskow tersebut sangat penting untuk stabilitas kawasan.

Bantuan kemanusiaan

Saat membuka pertemuan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memuji kemampuan Rusia mempertahankan operasinya di Afganistan. "Kami puas dengan tingkat interaksi praktis dengan otoritas Afganistan,” katanya.

Tidak seperti negara lain, Rusia belum mengevakuasi kedutaan besarnya di Kabul. Duta besarnya juga masih mempertahankan kontak rutin dengan Taliban sejak kelompok itu mengambil alih kekuasaan.

Di saat yang sama, Lavrov juga menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan mengejar kebijakan sosial yang seimbang di Afganistan. Hal ini menurutnya telah dibahas sebelum pertemuan dengan Taliban.

Lavrov menambahkan bahwa Rusia akan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Afganistan. Ia mendesak komunitas internasional untuk segera memobilisasi sumber dayanya guna mencegah krisis kemanusiaan di Afganistan.

Sebelum pertemuan, Cina dan Pakistan telah mengatakan bersedia memberikan bantuan ke Afganistan. UE sejauh ini juga telah menjanjikan bantuan senilai $1,2 miliar untuk mencegah krisis kemanusiaan di Afganistan.

Kekhawatiran akan ekspansi IS

Dalam pertemuan, para pejabat Moskow juga menyerukan aksi untuk melawan militan "Islamic State” (IS). Menurut Rusia, IS telah meningkatkan kehadirannya di Afganistan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

Pada pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa sekitar 2.000 militan yang setia kepada IS telah berkumpul di Afganistan utara.

Menurut Putin, pemimpin mereka berencana mengirimkan para militan IS tersebut ke negara-negara tetangga di Asia Tengah dengan menyamar sebagai pengungsi.

Moskow tidak akan mengakui Taliban

Dalam pertemuan, Wakil PM Taliban Abdul Salam Hanafi mengatakan bahwa kelompoknya tidak menimbulkan ancaman keamanan bagi negara lain sehingga meminta komunitas internasional untuk mengakui pemerintahannya. Sejauh ini, belum ada satu negara pun yang melakukan hal tersebut.

Moskow di sisi lain mengatakan belum siap mengakui pemerintahan Taliban.

"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak dibahas untuk saat ini,” kata Lavrov kepada wartawan.

"Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami menjalin kontak dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika berkuasa,” tambahnya.

Sebuah pernyataan yang dirilis di akhir pertemuan pada Rabu (12/10) itu menyebutkan: "Negara-negara yang berpartisipasi menyerukan kepada kepemimpinan Afganistan saat ini untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam meningkatkan pemerintahan dan membentuk pemerintahan yang benar-benar inklusif, yang mencerminkan kepentingan semua kekuatan etno-politik utama di negara itu.”

Pernyataan itu juga menekankan pentingnya "menghormati hak-hak kelompok etnis, perempuan dan anak-anak.”

gtp/pkp (Reuters, AFP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement