Kamis 21 Oct 2021 12:26 WIB

PLN: 2025 Ada Tambahan Pembangkit EBT 5,6 Gigawatt

PLN menyebut pembangkit 5,6 GW akan menambah bauran persentase energi terbarukan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan pada 2025 mendatang ada pembangkit EBT dari PLTA dan PLTP yang masuk ke sistem kelistrikan nasional. Jumlahnya mencapai 5,6 gigawatt.
Foto: Humas PT PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan pada 2025 mendatang ada pembangkit EBT dari PLTA dan PLTP yang masuk ke sistem kelistrikan nasional. Jumlahnya mencapai 5,6 gigawatt.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan pada 2025 mendatang ada pembangkit EBT dari PLTA dan PLTP yang masuk ke sistem kelistrikan nasional. Jumlahnya mencapai 5,6 gigawatt.

EVP Perencanaan Sistem PLN Edwin Nugraha Putra menjelaskan saat ini porsi EBT dalam bauran energi pembangkit PLN menginjak 12 persen. Di tahun 2025 akan ada penambahan yang cukup signifikan dari PLTA sebesar 4,2 GW dan PLTP sebesar 1,4 GW.

"Saat ini porsi EBT sudah 12 persen di kami. Di tahun 2025 dari PLTA dan PLTP akan masuk sekitar 5,6 GW. Ini akan menambah porsi EBT dalam bauran energi," ujar Edwin dalam diskusi virtual, Kamis (21/10).

Edwin menjelaskan selain dari dua pembangkit tersebut di 2025 juga akan masuk PLTS sebesar 3,9 GW. Ini nantinya namun akan difokuskan oleh PLN 1,2 GW khusus untuk daerah remote menggantikan PLTD dan 2,5 GW lainnya yang masuk ke dalam sistem kelistrikan nasional.

"Ini kenapa kami fokuskan ke daerah remote. Karena memang jika dibandingkan dengan PLTD, ini masih bisa bersaing mengingat BPP dari PLTD ini lebih tinggi," ujar Edwin.

Edwin juga menjelaskan tidak bisa memang semua PLTU yang ada saat ini kemudian secara cepat digantikan oleh PLTS. Hal ini karena ini juga harus mempertimbangkan aspek tambahan investasi untuk baterai dari PLTS agar listrik bisa sustain menyala 24 jam.

"Kami untuk sementara fokus ke daerah remote, dengan PLTD kita ganti PLTS dan baterai. Masih mungkin bersaing. Jadi memberikan BPP yang lebih rendah. Tapi kalau masuk ke sistem, gantiin PLTU dan pakai PLTS dan baterai, itu nggak pas harganya apalagi itu impor," ujar Edwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement