Kamis 21 Oct 2021 06:23 WIB

Pratikno dan Lika-liku Andika Menjadi Panglima TNI

Jika Andika menjadi Panglima, Letjen Dudung bisa saja menjadi KSAD.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa.
Foto: NOVA WAHYUDI/ANTARA
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa.

Oleh : Erik Purnama Putra, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Tiba-tiba saja, akun Youtube TNI AD mengunggah video kunjungan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno ke Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jalan Veteran, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat pada pekan lalu. Memang yang ditampilkan di video, Pratikno hanya sekadar melihat-lihat pembangunan terkini di lingkungan Mabesad. Eks rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut juga menjajal sarana fitnes yang ada di Mabesad.

Pratikno malah unjuk kebolehan melakukan pull up hingga membuat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa kagum. Andika tidak menyangka, Pratikno yang bakal berusia 60 tahun pada 13 Februari 2022, masih kuat melakukan gerakan pull up. Andika pun seketika berseloroh agar prajurit TNI AD mencontoh kebugaran orang kepercayaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.

Sebenarnya, bukan itu inti dari pertemuan antara Pratikno dan Andika. Jelas sekali, kedatangan Pratikno sebagai pembawa pesan Presiden Jokowi. Tidak mungkin, orang sesibuk Pratikno menyempatkan diri hanya berjalan-jalan ke Mabesad. Pasti ada agenda tertutup yang tidak ditampilkan di video tersebut.

Hal itu terkait dengan status Andika, yang disebut-sebut sebagai calon Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI). Andika bersama Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, selama ini menjadi kandidat kuat pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang berusia 58 tahun pada 8 November 2021. Di militer, masa dinas Hadi memang baru berakhir pada 31 November 2021.

Meski begitu, jabatan Hadi sebagai Panglima TNI harus sudah diserahkan ke penggantinya, sebelum ia berusia 58 tahun, sebagai masa dinas maksimal di militer. Berarti, surat presiden (surpres) Jokowi ke DPR harus sudah dikirim sebelum awal November mendatang. Masalahnya, DPR sedang reses hingga akhir Oktober 2021. Sehingga waktu pergantian Panglima TNI sangat mepet, dan bisa dikatakan bakal berlangsung mendadak.

Baik Andika maupun Yudo, siapa pun yang terpilih akan menjadi Panglima TNI ke-21. Yang menjadi masalah bagi Andika tentu saja masa pengabdiannya di TNI terhitung tinggal 14 bulan. Dia akan berusia 58 tahun pada 21 Desember 2022. Jika Andika terpilih menjadi Panglima TNI, ia hanya memiliki waktu sekitar setahun untuk menjabat. Relatif singkat. Hal itu tentu saja membuat program kerja yang dicanangkannya bakal tidak efektif.

Karena ketika berbagai program dibuat dan dijalankan, waktu tidak terasa bisa cepat berlalu. Tahu-tahu, Andika akan pensiun. Handicap seperti itu memang menjadi faktor yang membuat penunjukan Andika menjadi Panglima TNI tidak terlalu tepat. Hanya saja, yang perlu digarisbawahi, Andika berstatus sebagai menantu eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal AM Hendropriyono, yang memiliki kedekatan dengan Megawati Soekarnopurti dan Presiden Jokowi. Hendro merupakan pendukung utama Jokowi, dan pasti modal itu akan digunakannya untuk memuluskan Andika sebagai Panglima TNI.

Ketika Jokowi dilantik menjadi presiden ke-7 RI pada 20 Oktober 2014, Andika tiba-tiba mendapat promosi menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres). Padahal, saat itu, ia masih menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad). Sangat sukar dimengerti, jika tidak ada jalur khusus, dari Kadispenad langsung promosi menjadi orang yang mengawal RI 1, hal itu sangat sulit terwujud. Tentu saja, akhirnya publik saat itu mengaitkan karier Andika dengan Hendro. Pun saat ia dilantik Jokowi menjadi KSAD pada 22 November 2018, lagi-lagi pencapaian Andika dikaitkan dengan Hendro.

Meski begitu, tetap saja ada hak prerogatif Presiden dalam memilih KSAD. Termasuk dengan Panglima TNI kali ini. Apakah Andika atau Yudo, semua keputusan berpulang ke Jokowi.

Hanya saja, apakah benar Andika akan menjadi Panglima TNI? Belakangan ini, santer juga isu yang berkembang jika Andika diplot menjadi Kepala BIN menggantikan Jenderal (Purn) Budi Gunawan. Adapun Budi akan menempati posisi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkumham). Jika skenario seperti itu maka Andika tetap mendapat promosi.

Hanya saja, masalahnya siapa yang menjadi Panglima TNI? Apakah Yudo yang mewakili TNI AL? Belum tentu. Yang patut diwaspadai malah nama Letjen Dudung Abdurachman. Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) tersebut namanya meroket sejak turun langsung menurunkan baliho Habib Rizieq Shihab (HRS) di Jakarta pada medio November 2020.

Saat itu, Mayjen Dudung masih menjabat Panglima Kodam Jaya. Entah mendapat kredit dari penguasa, ia akhirnya dipromosikan menduduki jabatan bintang tiga, yaitu Pangkostrad pada Mei 2021. Sebelumnya, ketika Dudung masih menjabat Gubernur Akademi Militer (Akmil), ia kedatangan tamu istimewa, yaitu Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada Februari 2021.

Megawati yang datang bersama anaknya Ketua DPR Puan Maharani didampingi Budi dan Hendro meresmikan patung Bung Karno di Akmil. Hadir pula Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Andika dalam peresmian patung Bung Karno pertama di Akmil tersebut. Tiga bulan berselang atau tepatnya Mei 202, Dudung mendapat promosi menjadi Pangdam Jaya.

Dengan perjalanan karier dan kedekatan dengan penguasa, jika skenario Andika menjadi Kepala BIN maka Dudung berpotensi menjadi KSAD, bahkan Panglima TNI. Syarat menjadi Panglima TNI adalah perwira tinggi (pati) yang pernah menjadi kepala staf. Dengan aturan itu, Dudung cukup sehari menjadi KSAD, besoknya sudah bisa memenuhi ketentuan dipilih menjadi Panglima TNI.

Hanya saja, mekanisme seperti itu baru bisa terjadi jika Andika harus 'keluar' dari organisasi TNI. Caranya tentu saja dipromosikan menjadi Kepala BIN atau ditawari masuk kabinet. Apalagi, santer kabar Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet setelah Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung. Soetrisno Bachir sepertinya mewakili PAN akan menduduki posisi menteri.

Kembali ke Andika, jika kedatangan Pratikno memang membawa pesan ia diminta siap-siap mendapat amanah baru, tentu paling kuat dan masuk akal adalah menjadi pengganti Hadi. Panglima TNI sepertinya akan berada dalam genggaman Andika. Jika seperti itu, maka Andika menjadi Panglima TNI dan Dudung paling berpotensi menjabat KSAD. Adapun Yudo tetap menjadi KSAL. Yudo tidak perlu berkecil hati, karena baru pensiun pada 26 November 2023. Jika Andika sudah pensiun, Yudo berpeluang menggantikannya.

Meski begitu, jika benar nanti komposisi Andika sebagai Panglima, KSAD diisi Dudung, dan KSAL Yudo, maka posisi menjadi lebih pelik. Pasalnya, pada akhir 2022, akan ada pergantian Panglima TNI kembali. Kandidat terkuatnya tentu saja antara Dudung dan Yudo. Apakah Jokowi akan memberikan posisi Panglima TNI ke Dudung yang notabene dari Angkatan Darat?

Apakah jika diserahkan ke Yudo bisa berjalan mulus, lantaran PDIP sangat terkesan dengan Dudung. Dengan berbagai kerumitan seperti itu, kita tunggu saja bagaimana pemilihan Panglima TNI, yang sepertinya dalam hitungan hari bakal diputuskan RI 1.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement