Rabu 20 Oct 2021 20:32 WIB

Mengenalkan Cerita Rakyat Lewat Folklore Braille Book

Sekelompok mahasiswa UNY merancang buku anak-anak dengan rentan usia 4-10 tahun.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mengenalkan Cerita Rakyat Lewat Folklore Braille Book (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Mengenalkan Cerita Rakyat Lewat Folklore Braille Book (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tingkat literasi informasi anak-anak, khususnya anak difabel, salah satunya dapat ditingkatkan dengan gerakan literasi di sekolah. Gerakan literasi di sekolah dapat diwujudkan dengan pendekatan buku kepada siswa dari guru.

Perlu intervensi sekolah untuk mengembangkan berbagai kegiatan literasi sesuai kondisi dan kebutuhan. Salah satu sasarannya anak-anak difabel netra. Sayang, walau sangat penting, keberadaan buku braille terbatas dan sulit ditemukan.

Dari sini, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melihat peluang terkait pembuatan bahan literasi. Berupa buku cerita rakyat menggunakan huruf alfabet dan huruf braille bagi anak-anak, khususnya difabel netra.

Ada Hesti Wulandari dan Ayu Kurnia Utami dari Prodi Pendidikan Akuntansi, serta Nur Afiifah Djauharoh dari Prodi Pendidikan Luar Biasa. Hesti mengatakan, mereka merancang buku untuk anak-anak dengan rentan usia 4-10 tahun.

"Buku ini merupakan solusi bagi orang tua yang memiliki anak difabel, sekolah luar biasa dan sekolah inklusi untuk tingkatkan literasi informasi anak-anak," kata Hesti, Rabu (20/10).

Mereka memberi nama bukunya Folebook yang merupakan akronim Folklore Braille Book. Ayu menerangkan, Folebook merupakan buku bertema cerita rakyat Indonesia yang dapat digunakan oleh penyandang difabel netra dan anak–anak pada umumnya.

"Dalam Folebook, terdapat dua jenis huruf dalam buku ini sisi kanan buku memakai huruf Alfabet dan sisi kiri menggunakan huruf braille," ujar Ayu.

Buku berilustrasi timbul agar difabel netra dapat membayangkan penggambaran dalam cerita. Selain sebagai bahan literasi, buku berfungsi sebagai media penanaman nilai karakter kepada difabel netra, terutama melalui pesan moral.

Nur menjelaskan, dalam pembuatan Folebook perlu sketchbook, corel draw, pensil gambar, printer braille, penghapus, jilid buku, penggaris dan alat pembungkus. Lalu, lem, kertas cover, kertas art carton untuk isi dan plastik pembungkus.

"Juga ada cerita rakyat yang kami gunakan sebagai bahan, kami memakai cerita rakyat Lembu Suro," kata Nur.

Alasan memilih cerita rakyat Lembu Sura karena cerita rakyat ini mengajarkan pendidikan karakter tentang berpegang teguh pada janji. Sebab, pada saat ini

banyak fenomena ingkar janji karena iming–iming sesuatu yang lebih berharga.

Langkah untuk membuatnya dengan meringkas cerita rakyat tersebut untuk kemudian dibuat sketsanya. Selanjutnya, gabungkan ilustrasi dan cerita itu menggunakan aplikasi corel draw, lalu file dieksport dan dicetak dengan printer braille.

Hasil cetakan dijilid dan dicek kualitas produk. Buku didesain berukuran 27x20 centimeter yang dikemas dengan plastik bening agar tidak mudah rusak. Produk ini merupakan inovasi buku braille untuk anak difabel netra dan non difabel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement