Rabu 20 Oct 2021 20:16 WIB

ITAGI Beberkan Faktor Pengaruhi Lansia Ragu Khasiat Vaksin

Pemerintah diminta lebih proaktif memberikan pemahaman kepada kelompok ini.

Petugas menyerahkan hadiah telur kepada warga lansia usai vaksinasi dosis pertama di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021). Untuk mempercepat capaian 40 persen dari total sasaran 130 ribu lansia daerah itu sebagai prasayarat perubahan status PPKM level 3 ke level 2, pemerintah daerah setempat memberi stimulan hadiah 10 butir telur bagi warga usia lanjut yang sukarela menjalani vaksinasi COVID-19.
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko/rwa.
Petugas menyerahkan hadiah telur kepada warga lansia usai vaksinasi dosis pertama di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021). Untuk mempercepat capaian 40 persen dari total sasaran 130 ribu lansia daerah itu sebagai prasayarat perubahan status PPKM level 3 ke level 2, pemerintah daerah setempat memberi stimulan hadiah 10 butir telur bagi warga usia lanjut yang sukarela menjalani vaksinasi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menyebut sebagian masyarakat lanjut usia (lansia) yang ragu terhadap khasiat vaksin Covid-19 ke dalam kelompok hesitancy. Pemerintah diminta lebih proaktif memberikan pemahaman kepada kelompok ini.

"Ternyata banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Hesitancy ini sebetulnya masalah individu masalah seseorang menerima vaksinasi. Dia bisa menerima, tapi juga masih menolak," kata Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro, Rabu (20/10).

Baca Juga

Sri mengatakan, kelompok hesitancy sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Sri menyarankan agar pemerintah melibatkan kalangan profesional di bidang kesehatan dalam memberikan informasi yang dapat dimengerti oleh kalangan lansia.

"Dia harus dilatih dengan baik agar bisa memberikan pelayanan yang baik," katanya.

Hal yang tidak kalah penting, kata Sri, adalah komunikasi media massa dalam memberikan pencerahan terhadap kelompok hesitancy. Hasil survei ITAGI melaporkan sebagian kelompok hesitancy memiliki permasalahan dengan vaksinasi di masa lalu yang mengecewakan. Sebagian lagi tidak memahami risiko dan manfaat vaksin.

"Mungkin ada juga masalah-masalah dengan pantangan di ajaran agama mereka dan sebagainya," katanya.

Ia menjelaskan, tidak sedikit juga lansia yang merasa takut dengan jarum suntik dan khawatir dengan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dan ada pula yang gagap teknologi. Sri memastikan bahwa vaksin memiliki banyak keuntungan bagi daya tahan tubuh terhadap penyakit, misalnya mengurangi sakit, penularan, kecacatan bahkan kematian.

"Tapi di samping itu ada juga risiko yang juga harus kita terangkan sehingga mereka paham apa yang harus dilakukan," katanya.

Sri menyarankan, agar seluruh keluhan dari kelompok vaksin hesitancy didengarkan dan dijawab, sedangkan kepada mereka yang menolak jangan didebat dan disalahkan apalagi dipaksa. "Yang terpenting lainnya adalah jangan mengulang-ulang hoaks. Ini pentingnya peran keluarga, tetangga, RT/RW dalam membantu lansia meluruskan kabar bohong," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement