Rabu 20 Oct 2021 17:18 WIB

Menkop: Koperasi Pesantren Bisa Jadi Pemimpin Ekonomi Rakyat

Unit usaha koperasi di pesantren bisa jadi pembelajaran yang baik bagi santri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Peternak memerah susu kambing etawa di kandang milik koperasi pesantren. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meyakini pondok pesantren mampu menjadi pemimpin ekonomi rakyat melalui koperasi.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Peternak memerah susu kambing etawa di kandang milik koperasi pesantren. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meyakini pondok pesantren mampu menjadi pemimpin ekonomi rakyat melalui koperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meyakini pondok pesantren mampu menjadi pemimpin ekonomi rakyat melalui koperasi. Maka, harus terus diperkuat.

Hal itu disampaikan Teten saat melakukan kunjungan kerja, sekaligus peresmian Gedung Graha Koperasi Darussyifa Yaspida Sukabumi, Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh (Perguruan Islam Yaspida) di Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (19/10). Ia mengatakan, Ponpes Darussyifa Al-Fithroh dengan jumlah ribuan santri sudah mampu memiliki banyak unit usaha yang dikembangkan melalui wadah koperasi pondok pesantren (kopontren). 

Baca Juga

“Ini bisa kita jadikan sebagai prototype pesantren modern," tegasnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/10). 

Ia menambahkan, beberapa unit usaha Kopontren di antaranya Darussyifa Mart yang mempunyai tujuh gerai, industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) La Vida dan AQmida, peternakan ayam potong, peternakan ayam petelur, hidroponik, aquaponik, perikanan, peternakan sapi, peternakan kambing, peternakan kerbau, dan peternakan kuda. 

Teten menambahkan, pesantren memiliki tiga fungsi dan peran sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan. “Fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat ditandai dengan usaha yang dikembangkan pesantren," ujar dia.

Menurutnya, unit usaha koperasi di dalam lingkungan Ponpes ini dapat menjadi laboratorium usaha dan pembelajaran yang sangat baik bagi santri. "Pengembangan agribisnis dan peternakan yang dilakukan menjadi sebuah ekosistem terintegrasi yang menghasilkan nilai tambah," tutur Teten.  

Terlebih lagi, program korporatisasi sektor pangan dilakukan melalui penguatan kelembagaan ekonomi petani dan nelayan melalui koperasi. “Salah satu pilot project yang sedang dikembangkan dalam korporatisasi petani dan nelayan adalah mengembangkan komoditas kacang koro di Koperasi Paramasera di Sumedang," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement