Rabu 20 Oct 2021 18:01 WIB

Muhammad Muda Menjadi Delegasi Damai

Muhammad muda suka mendengarkan syair dari penyair Mudhahhabat dan Mu’allaqat,

Rep: Ali Yusuf / Red: Muhammad Subarkah
Makkah dan Ka
Foto: Istimewa
Makkah dan Ka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengusir kejenuhan dari aktivitasnya, Muhammad berjalan dari satu tempat, ke tempat lain. Terutama ketika tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal di Makkah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dengan ‘Ukaz, Majanna dan Dhu’l-Majaz.

"Muhammad mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh penyair-penyair Mudhahhabat dan Mu’allaqat," tulis Husen Heikal dalam bukunya Sejarah Muhammad.

Di tempat itu Muhammad, mendengarkannya dan terpesona oleh sajak-sajak yang fasih melukiskan lagu cinta dan puisi-puisi kebanggaan, melukiskan nenek moyang mereka, peperangan mereka, kemurahan hati dan jasa-jasa mereka. Di tempat itu juga didengarnya ahli-ahli pidato di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang membenci paganisma Arab.

"Mereka bicara tentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan mengajak kepada kebenaran menurut keyakinan mereka," katanya.

Dinilainya semua itu dengan hati nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripada paganisma yang telah menghanyutkan keluarganya itu. Tetapi apa yang sedang di depannya itu tidak  sepenuhnya membuat ia merasa lega berada di dunia yang fanam.

Dengan demikian sejak muda belia takdir telah mengantarkannya ke jurusan yang akan membawanya ke suatu saat bersejarah, saat mula pertama datangnya wahyu. Ketika itu Tuhan semesta Allah SWT memerintahkan ia menyampaikan risalahNya itu. 

"Yakni risalah kebenaran dan petunjuk bagi seluruh umat manusia," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement