Rabu 20 Oct 2021 04:14 WIB

Nabi Muhammad Muda Mengenal Senjata di Perang Fijar 

Nabi Muhammad mendampingi paman-pamannya di Perang Fijar.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Nabi Muhammad Muda Mengenal Senjata di Perang Fijar. Foto:   Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Nabi Muhammad Muda Mengenal Senjata di Perang Fijar. Foto: Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejak muda, Nabi Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasir yang keras dengan pamannya Abu Thalib. Saat muda Muhammad tak hanya mendengar para penyair, ahli-ahli pidato membacakan sajak, sair dan pidato tapi dia kenal bagaimana ia memanggul senjata.

"Ia juga telah mengenal arti memanggul senjata, ketika ia mendampingi paman-pamannya dalam Perang Fijar," tulis Husen Heikal dalam bukunya Sejarah Muhammad.

Baca Juga

Dalam perang Fijar itulah di antaranya yang telah menimbulkan dan ada sangkut-pautnya dengan peperangan di kalangan kabilah-kabilah Arab. Dinamakan al-fijar ini karena ia terjadi dalam bulan-bulan suci, pada waktu kabilah-kabilah seharusnya tidak boleh berperang. 

"Pada waktu itulah pekan-pekan dagang diadakan di ‘Ukaz, yang terletak antara Ta’if dengan Nakhla dan antara Majanna dengan Dhu’l-Majaz, tidak jauh dari ‘Arafat," katanya.

 

Mereka di sana saling tukar menukar perdagangan, berlomba dan berdiskusi, sesudah itu kemudian berziarah ke tempat berhala-berhala mereka di Ka’bah. Pekan ‘Ukaz adalah pekan yang paling terkenal di antara pekan-pekan Arab lainnya. 

Di tempat itu penyair-penyair terkemuka membacakan sajak-sajaknya yang terbaik, di tempat itu Quss (bin Sa’ida) berpidato dan di tempat itu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan penyembah-penyembah berhala masing-masing mengemukakan pandangan dengan bebas. Kenapa hal itu dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani, sebab bulan itu bulan suci.

"Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagi menghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatan membunuh ‘Urwa ar-Rahhal bin ‘Utba dari kabilah Hawazin," katanya.

Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu’man bin’l-Mundhir setiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke ‘Ukaz membawa muskus, dan sebagai gantinya akan kembali dengan membawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tiba Barradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawah pengawasan kabilah Kinana.

Demikian juga ‘Urwa lalu tampil pula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.

Adapun pilihan Nu’man terhadap ‘Urwa (Hawazin) ini telah menimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudian mengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil kabilah itu. 

"Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukan kepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntut balas kepada Quraisy," katanya.

Fihak Hawazin segera menyusul Quraisy sebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antara mereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri dengan pihak yang menang di Mekah.

"Pihak Hawazin memberi peringatan bahwa tahun depan perang akan diadakan di ‘Ukaz," katanya.

Perang demikian ini berlangsung antara kedua belah pihak selama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan suatu perdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korban manusia lebih kecil harus membayar ganti sebanyak jumlah kelebihan korban itu kepada pihak lain. Maka dengan demikian Quraisy telah membayar kompensasi sebanyak duapuluh orang Hawazin. 

Nama Barradzini kemudian menjadi peribahasa yang menggambarkan kemalangan. Sejarah tidak memberikan kepastian mengenai umur Muhammad pada waktu Perang Fijar itu terjadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement