Senin 18 Oct 2021 15:27 WIB

Mahasiswa Vokasi UMY Ciptakan Aerator Surya Berbasis IoT

Petani tambak udang atau ikan menjadi tujuan utama diciptakannya alat ini.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa Vokasi UMY Ciptakan Aerator Surya Berbasis IoT. Kampus UMY.
Foto: Wahyu Suryana.
Mahasiswa Vokasi UMY Ciptakan Aerator Surya Berbasis IoT. Kampus UMY.

REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Aerator yang banyak beredar di pasaran biasanya dipakai sebagai pompa air oksigen kolam ikan. Ada pula jenis Aerator yang biasa digunakan oleh petani tambak udang atau ikan di kawasan pantai, namun menggunakan tenaga diesel.

Berbeda, Dosen Program Studi Teknologi Mesin Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), M Abdus Somad, bersama empat mahasiswa menciptakan Aerator tenaga surya berbasis Internet of Things (IoT) sebagai sistem pengoperasian.

Secara garis besar, letak perbedaan Aerator tenaga surya berbasis IOT yang mereka buat di tenaga dan sistem pengoperasian. Fungsi tetap sama, sebagai pompa air oksigen dan memang untuk petani tambak udang dan ikan di pesisir.

Aerator memudahkan petani sebagai pemenuhan kebutuhan oksigen air untuk udang atau ikan. Di kawasan pesisir laut atau pantai, mereka memiliki keterbatasan jaringan listrik yang biasanya Aerator yang digunakan bertenaga diesel.

 

Pengoperasian masih pula secara manual. Maka itu, Somad menerangkan, mereka mengembangkan pemakaian solar sel (tenaga matahari) menjadikannya hemat energi, dan pengoperasiannya terbilang cukup mudah hanya menggunakan jaringan internet.

"Memakai aplikasi Telegram (bot) yang kami kembangkan sendiri. Jadi, sangat fleksibel," kata Somad, Senin (18/10).

Proses pembuatan Aerator tenaga surya berbasis IOT habiskan tiga bulan. Berawal dari ide, membangun kolaborasi dan mulai membuatnya di laboratorium vokasi yang terletak di Wirobrajan, tepatnya di belakang Asri Medical Center (AMC) UMY.

Alat terdiri dari kotak hitam berisi aki menampung daya dan pelindung IoT dan diapit dua kincir kuning kanan dan kiri. Berbahan komposit serat alam, di atas dua panel surya, dua pelampung dari jerigen untuk menahan beban (100 kilogram).

Saat uji coba, Aerator mampu dioperasikan menggunakan bot Telegram dari jarak kurang lebih tiga kilometer. Untuk keamanan alat IoT, walau di kotak hitam yang terletak di kotak hitam berpotensi terkena cipratan air, disebut sangat aman.

"Aki di kotak hitam berdaya 13,4 volt dan bertahan enam jam tanpa pengisian. Walau terkena air masih aman. Saat pagi-sore bisa digunakan karena daya terisi terus. Ketika malam hari bisa menggunakan daya yang tersimpan di dalam aki," ujar Somad.

Aerator tenaga surya berbasis IOT merupakan pemenuhan catur dharma universitas, jadi akan diperkenalkan ke publik sebagai bentuk pengabdian. Mengincar petani tambak udang atau ikan yang memang menjadi tujuan utama diciptakannya alat ini.

Somad menambahkan, inovasi ini merupakan satu bentuk kreativitas mahasiswa dan akan terus dilakukan pendampingan. Terlebih, sebagai seorang mahasiswa vokasi, dibutuhkan tidak hanya teori akademisnya, tapi menciptakan sebuah produk.

"Dengan alat tepat guna ini, saya berharap bisa berguna bagi masyarakat dan semakin mengenalkan Teknologi Mesin Vokasi UMY sebagai program yang mampu menghasilkan produk-produk bermanfaat," kata Somad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement