Senin 18 Oct 2021 15:24 WIB

SEAMEO for QITEP Beri Pelatihan Bagi Guru SLB se-Indonesia 

Guru matematika di SLB dan inklusi mayoritas bukan lulusan pendidikan matematika 

SEAMEO for QITEP in Mathematics (SEAQIM) menggelar acara simposium internasional dan workshop bertajuk Redefining The Needs of Special Education Students for Mathematics in Southeast Asia.
Foto: Istimewa
SEAMEO for QITEP in Mathematics (SEAQIM) menggelar acara simposium internasional dan workshop bertajuk Redefining The Needs of Special Education Students for Mathematics in Southeast Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - SEAMEO for QITEP in Mathematics (SEAQIM) menggelar acara simposium internasional dan workshop bertajuk Redefining The Needs of Special Education Students for Mathematics in Southeast Asia. Kedua acara tersebut berlangsung selama tiga hari (14-16 Oktober 2021) di Melia Purosani Hotel, Yogyakarta.

Acara yang dibuka oleh Deputy Director for Program and Development dari SEAMEO Secretariat Bangkok DR Wahyudi ini, merupakan bagian dari proyek kolaborasi antara SEAQIM dan SEAMEO SEN serta beberapa institusi lain di antaranya PPPPTK Matematika dan CRICED dari Jepang. Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Dr. Samto dan Direktorat PMPK Dr Baharudin.

Deputy Director for Program at SEAMEO for QITEP in Mathematics DR Farida Nurhasanah mengatakan, proyek ini terdiri atas kegiatan survei terkait pembelajaran matematika bagi siswa berkebutuhan khusus dan simposium internasional serta workshop berdasarkan hasil survei tersebut.

 

photo
SEAMEO for QITEP in Mathematics (SEAQIM) menggelar acara simposium internasional dan workshop bertajuk Redefining The Needs of Special Education Students for Mathematics in Southeast Asia. - (Istimewa)

 

“Surveinya sudah dilakukan selama 3 bulan (Mei-Juli 2021) di 8 negara Asia Tenggara. Melalui project ini institusi kami ingin mengembangkan dan mendesain bagaimana pelatihan guru yang efektif untuk guru-guru yang mengajar di sekolah SLB dan inklusi yang backgroundnya bukan dari pendidikan matematika,” kata Farida kepada media, Sabtu (16/10), dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id.

Bersama dengan Kepala Tim Spesialis dari SEAMEO for QITEP in Mathematics Wahid Yunianto SPd MEd, Farida memaparkan, hasil survei yang diperoleh dari 4.577 guru dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dan inklusi di 8 negara Asia Tenggara yakni Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Laos, Kamboja, dan Indonesia.

Farida mengatakan, simposium dan workshop ini bertujuan mengkaji kebutuhan para guru yang mengajar mata pelajaran matematika bagi siswa difabel baik di SLB maupun sekolah inklusi agar dapat merumuskan suatu desain program pelatihan bagi guru-guru tersebut.

“Melalui simposium ini, peserta antar negara ASEAN dapat saling bertukar informasi dan belajar. Berdasarkan hasil survei, guru-guru yang mengajar matematika di SLB dan inklusi mayoritas bukan lulusan pendidikan matematika sehingga mereka membutuhkan dukungan terkait konten matematika seperti media pembelajaran yang digunakan, dan cara mengajar yang menyenangkan dan bermakna sesuai potensi dan kondisi para siswa,” ujarnya.

Farida menambahkan, dengan beragam jenis disabilitas pada anak didik di SLB dan sekolah inklusi, mereka tetap memiliki peluang yang sama untuk mempelajari, memahami, dan menggunakan ilmu matematika hingga level tinggi jika diberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Seperti ungkapan salah satu pembicara Prof Rhonda Faragher dari Australia, kita tidak pernah tahu apa yang bisa dipelajari seseorang jika kita tidak pernah mengajarkannya," katanya. 

Karenanya, melalui simposium ini diharapkan SEAQIM dapat menginisiasi kerja sama dengan beberapa stakeholder untuk membantu memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan para guru SLB dan sekolah inklusi dalam mengajarkan matematika bagi para difabel.

Sementara itu, Direktorat PMPK DR Baharudin mengatakan, kegiatan simposium dan workshop ini sangat dibutuhkan guru-guru SLB dan inklusi untuk meningkatkan kualitas dalam mengajar matematika bagi siswa difabel.

Menghadirkan 9 keynote speaker dan 5 invited speaker dari seluruh dunia, acara ini merupakan simposium terbesar dan yang pertama di Indonesia yang digelar bersamaan secara luring dan daring.

“Jumlah peserta yang mendaftar ada ribuan, namun yang hadir secara luring 50 peserta saja,” kata Farida.

Hadir dalam acara tersebut di antaranya dari Balai Bahasa DIY Imam Budi Utomo, Kepala BPCB Zaimul Azzah, LPMP DIY Dody Arianto, Balai PaudDikmas DIY Eko Sumardi, Kepala Museum Benteng Vredeburg Suharja, Kepala GTK Disdikpora DIY Bakhtiar Nur Hidayah, Kepala BBPMPV Seni Budaya Dr. Sarjilah, dan Direktur SEAMEO for QITEP in Mathematics DR Sumardyono sebagai penutup acara.

Dalam pidato penutupannya Sumardyono menyampaikan, kegiatan ini merupakan satu langkah awal bagi SEAQIM untuk memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan masalah di bidang pendidikan baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement