Senin 18 Oct 2021 09:38 WIB

Surat Kabar China Dorong Rakyat Perangi Infiltrasi CIA

Kekuatan rakyat China diyakini dapat meredam infiltrasi AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
CIA
Foto: Reuters
CIA

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- CIA mengumumkan formasi unit khusus baru untuk memata-matai China pekan lalu. Direktur CIA William Burns menggambarkan kekuatan ekonomi Asia itu sebagai 'ancaman geopolitik' terbesar AS pada abad ini.

Surat kabar angkatan bersenjata China membalasnya dengan menyerukan 'perang rakyat' melawan operasi CIA di negara terbesar di dunia itu. Surat kabar South China Morning Post yang bermarkas di Hong Kong melaporkan pernyataan akun yang 'dikelola' angkatan bersenjata China, PLA. Pernyataan tersebut diunggah di situs media sosial China Weibo.

Baca Juga

"Badan intelijen AS yang merekrut agen khusus terang-terangan pasti memiliki metode yang lebih jahat dan tidak terbayangkan di baliknya," kata PLA dalam unggahan tersebut seperti dikutip Sputnik News, Senin (18/10).

"Tidak ada rubah licik yang bisa mengalahkan pemburu yang baik, untuk menjaga keamanan nasional, kami hanya perlu percaya dan mengandalkan rakyat," tambah PLA.

Akun itu mengatakan diperlukan 'perang rakyat' dalam menghadapi spionase AS. "(Dan) membuat tidak memungkinkan bagi mata-mata untuk beroperasi dan menyembunyikan diri," kata PLA.

Berita tentang Pusat Misi China CIA muncul pada 7 Oktober lalu. Direktur CIA Williams Burns menggambar Republik Rakyat China sebagai 'ancaman geopolitik terpenting' pada abad ke-21. Pernyataan ini banyak dilaporkan media Cina.

Mantan direktur CIA dan menteri pertahanan pemerintahan Barack Obama, Leon Panetta menyambut baik formasi unit tersebut.  

"Tidak diragukan lagi kami benar-benar membutuhkan intelijen yang lebih mengenai apa yang dilakukan China, China masih tetap target yang sulit untuk ditembus dan untuk alasan itu mendirikan pusat untuk menetapkan fokus pada Cina masuk akal," kata Pennetta.

Beberapa hari terakhir tersebar video di media China yang menuduh CIA merekrut agen-agen fasih berbahasa China seperti Mandarin, Kanton, Hakka dan Shanghai. Di stasiun televisi CGTN pekan lalu Wakil Menteri Luar Negeri Cina Le Yucheng meragukan janji Presiden Joe Biden tidak 'mencari perang dingin yang baru' dengan Beijing.

"Di panggung internasional AS telah menciptakan kekacauan demi kekacauan melalui 'revolusi berwarna' dan 'transformasi demokrasi'," kata Le.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement