Ahad 17 Oct 2021 19:36 WIB

Ketua Satgas IDI Prediksi Gelombang Ketiga di Februari 2022

Pembukaan sekolah tatap muka yang ternyata menyebabkan beberapa klaster.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ketua Satgas IDI Prediksi Gelombang Ketiga di Februari 2022 (ilustrasi).
Foto: MgIT03
Ketua Satgas IDI Prediksi Gelombang Ketiga di Februari 2022 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban mengatakan gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi pada Februari atau Maret 2022. Meskipun, kata Zubairi, sebagian besar ahli epidemiologi menganalisis gelombang ketiga berpotensi terjadi pada akhir tahun ini atau awal Januari.

“Sebagian ahli menyampaikan akhir tahun ini, beberapa hal ahli bilang awal Januari. Kalau saya sendiri sambil harap-harap cemas, itu mungkin masih bulan Februari atau Maret. Tentu yang harapan dan doa-nya yang paling baik adalah tentu tidak timbul gelombang ketiga,” ujar Zubairi saat dikonfirmasi Republika, Ahad (17/10).

Zubairi mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan Indonesia berpotensi mengalami gelombang ketiga. Pertama, angka kasus Covid-19 di negara tetangga yakni Malaysia, Singapura, Thailand, juga Filipina saat ini mengalami kenaikan kasus yang signifikan.

“Pertama, Indonesia kan juga terkait dengan banyak negara lain. Negara tetangga kita kan Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina sekarang rangkingnya naik setiap hari kasusnya banyak banget melebihi kasus harian Indonesia," terang Zubairi.

Perilaku masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, kata dia, sangat berpengaruh untuk menekan angka penularan Covid-19. Faktor kedua, lanjut Zubairi, akibat adanya mutasi virus yang bisa muncul kapan saja. “Tadi itu kalau melihat tetangga kita begitu tinggi, kemudian ada varian-varian baru yang muncul,” katanya.

Ketiga, potensi klaster Covid-19 akibat pembukaan aktivitas. Zubairi mengatakan pembukaan sekolah tatap muka yang ternyata menyebabkan beberapa klaster. Kemudian, tempat pariwisata yang sudah mulai dibuka. Oleh karenanya, para penentu kebijakan harus terus bersikap konsisten.

"Sekarang bayangin saja yang ke Puncak itu banyak banget," kata Zubairi.

“Namun sudah waktunya endemi. Semoga tahun depan bukan gelombang ketiga, namun endemi. Artinya hanya ada di satu daerah, di provinsi kemudian nanti hilang, kemudian muncul lagi di tempat lain. Itu harapan dan doa kita agar pandemi yang ketiga, gelombang ketiga ini tidak muncul, namun semoga menjadi endemi,” lanjut Zubairi.

Artinya, sambung Zubairi, banyak faktor memengaruhi. Di antaranya strategi dan manajemen pandemi.

Dikonfirmasi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Diponegoro Semarang Ari Udijono tak memungkiri adanya potensi penularan Covid-19 yang cukup tinggi pada perayaan Natal dan Tahun Baru. Sehingga, banyak yang memprediksi gelombang ketiga akan terjadi pada akhir tahun.

"Menurut pendapat saya pribadi, melihat masyarakat, seperti ada trauma, ada keinginan jangan sampai meningkat karena tidak mau lagi pengetatan ketika kasus yang sangat tinggi lagi," ujarnya kepada Republika, Ahad (17/10).

Namun, ia berharap hal itu tidak terjadi, karena bila gelombang ketiga terjadi, maka proyeksi untuk melandaikan di tahun 2022 akan lebih rumit. Oleh karenanya, pendekatan secara agamis dapat dilakukan, pemerintah dan masyarakat juga tidak boleh abai meskipun angka kasus Covid-19 telah melandai.

"Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memperketat peraturan guna menekan terjadinya penularan virus," kata dia.

Masyarakat juga harus terus diedukasi agar tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas. Dengan begitu, lonjakan kasus Covid-19 yang diprediksi akan terjadi pascalibur panjang akhir tahun dapat diantisipasi.

"Kekuatan pemerintah adalah pada peraturan. Sehingga saya yakin akan bisa dikendalikan walaupun nanti akan naik kemudian turun lagi. Jadi gelombang (lonjakan) itu akan seperti riak-riak saja. Andaikan naik itupun tidak setinggi bulan Juli lalu," ungkap Ari.

Selain itu, percepatan vaksinasi juga terus digencarkan untuk membentuk kekebalan sehingga dapat mencegah terjadinya penularan virus.

"Program pemerintah menggencarkan vaksinasi sangat bagus. Karena masyarakat yang sudah divaksin tubuhnya akan dapat mengendalikan virus sehingga tidak mudah terpapar," kata Ari.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan, pemerintah menjalankan enam strategi utama untuk mengantisipasi gelombang ke-3 Covid-19 yang diperkirakan terjadi pada akhir tahun 2021. “Keberhasilan kita saat ini dalam menurunkan kasus Covid-19 tak boleh putus,” kata Politisi Nasional Demokrat itu.

Belajar dari pengalaman tahun lalu, mobilitas masyarakat cenderung meningkat selama libur Natal dan Tahun Baru, sehingga menyebabkan angka kasus dan angka kematian Covid-19 melonjak tajam. Kali ini, pemerintah lebih siap mengantisipasinya dengan sinergi sejumlah langkah sebagai berikut.

Pertama, adalah memastikan pelonggaran aktivitas diikuti pengendalian lapangan yang ketat. “Kami ingatkan sekali lagi, penurunan level PPKM bukan berarti masyarakat bisa bereuforia. Kita harus tetap waspada menerapkan protokol kesehatan dan membatasi mobilitas,” tegas Menkominfo.

Kedua, pemerintah terus berupaya meningkatkan laju vaksinasi lansia, terutama di wilayah aglomerasi dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk menekan angka kematian dan perawatan rumah sakit apabila terjadi gelombang berikutnya, karena seperti diketahui, vaksinasi terbukti efektif untuk menurunkan risiko kesehatan saat terinfeksi virus Covid-19.

Ketiga, masih terkait vaksinasi, pemerintah juga mendorong percepatan vaksinasi anak, agar saat libur Natal dan Tahun Baru imunitas anak sudah terbentuk.

Keempat, seiring dibukanya penerbangan internasional, pemerintah berkomitmen menertibkan mobilitas pelaku perjalanan internasional dengan aturan prokes ketat, utamanya ke Bali. Hal ini menyusul dibukanya Bandara Ngurah Rai pada 14 Oktober 2021.

Kelima, memperkuat peran pemerintah daerah dalam mengawasi kegiatan dan mengedukasi warga di daerah tentang rincian protokol kesehatan yang harus dijalankan.

Keenam, terus mengkampanyekan protokol kesehatan guna meningkatkan kedisiplinan masyarakat. Pemerintah mengimbau panitia penyelenggara Natal untuk mematuhi SE Menag No. 29 tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Besar Keagamaan.

Tujuannya, menekan risiko penularan Covid-19, sekaligus memberi rasa aman pada masyarakat yang merayakan Natal. "Butuh kerja sama yang baik dari seluruh pihak agar Indonesia berhasil mengendalikan pandemi

COVID-19 dan memulihkan perekonomian nasional. Disiplin 3M, 3T, vaksinasi, dan implementasi teknologi informasi seperti PedulilLindungi, menjadi kuncinya,” tutup Menkominfo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement