Ahad 17 Oct 2021 16:24 WIB

Data Pribadi Jutaan Pelanggan Acer Diretas

Pihak Acer mengonfirmasi servernya diblokir sejumlah peretas.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Pihak Acer mengonfirmasi servernya diblokir sejumlah peretas.
Foto: pixabay
Pihak Acer mengonfirmasi servernya diblokir sejumlah peretas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Acer mengonfirmasi bahwa servernya diblokir oleh sekelompok peretas bernama Desorden. Peretas berhasil mencuri lebih dari 60GB data yang berisi informasi sensitif tentang jutaan pelanggan Acer.

Informasi yang dikompromikan termasuk nama, alamat dan nomor telepon beberapa juta klien, tetapi juga membatasi data keuangan perusahaan. Dilansir dari MENAFN, Ahad (17/10), peretasan ini baru-baru ini dilaporkan oleh peretasan itu sendiri dan kemudian dikonfirmasi kebenarannya oleh Acer. Desorden telah berhasil menembus server Acer di India dan mendapatkan sejumlah besar data. Data tersebut terdiri dari akun konsumen dan perusahaan.

Baca Juga

Menurut Desorden, data pelanggan yang terpengaruh berjumlah jutaan. Sebagai bukti pelanggaran data, kelompok peretas menerbitkan lebih dari 10 ribu akun data pelanggan pribadi. Data yang tersisa akan dijual dan pos tersebut telah menarik minat dari pembeli potensial. Peretas belum menjelaskan apakah mereka ingin menjual data di underground market atau mereka hanya ingin Acer membayar uang tebusan untuk itu.

Menurut Acer, perusahaan telah segera menerapkan langkah-langkah keamanan dan melakukan pemindaian penuh terhadap sistemnya. Serangan itu mempengaruhi sistem layanan purna jual lokal Acer di India.

Perusahaan kemudian mulai memberi tahu semua pelanggan yang berpotensi terkena dampak. Dalam pernyataannya kepada Privacy Affairs, Acer mengklaim bahwa insiden ini tidak akan berdampak pada kelangsungan bisnisnya. Itu kemungkinan besar benar, tetapi ini tentu saja waktu yang buruk untuk merek, karena ini adalah pelanggaran data besar kedua yang dideritanya tahun ini.

Awal tahun ini, server Acer menjadi korban serangan ransomware yang dilakukan oleh kelompok peretas bernama REvil. Data yang dicuri semuanya sensitif, termasuk saldo bank, komunikasi bank dan informasi keuangan lainnya.

REvil menuntut 50 juta dolar Amerika Serikat (AS) yang dibayarkan dalam XMR (cryptocurrency) sebagai tebusan untuk data yang dicuri. Acer belum mengomentari situasi selain mengakui “situasi abnormal yang diamati” selama waktu serangan. Pelanggaran data ini, pada kenyataannya, merupakan permintaan tebusan terbesar yang diketahui hingga saat ini.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement