Sabtu 16 Oct 2021 20:57 WIB

Membangun Aplikasi dengan Arsitektur Microservice

Aristektur Microservice diyakini mampu membangun aplikasi yang efisien dan efektif

Dosen Universitas BSI kampus Kota Pontianak Ade Hendini.  Arsitektur Microservice memecah satu aplikasi menjadi beberapa aplikasi kecil dan berdiri sendiri yang biasa disebut dengan service. Lewat microservice, antar service dapat dibangun dengan bahasa pemrograman yang berbeda-beda bahkan dapat pula dengan database yang berbeda.
Foto: UBSI
Dosen Universitas BSI kampus Kota Pontianak Ade Hendini. Arsitektur Microservice memecah satu aplikasi menjadi beberapa aplikasi kecil dan berdiri sendiri yang biasa disebut dengan service. Lewat microservice, antar service dapat dibangun dengan bahasa pemrograman yang berbeda-beda bahkan dapat pula dengan database yang berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ade Hendini, M.Kom/Dosen Universitas BSI kampus Kota Pontianak

Baru-baru ini istilah microservice sering terdengar dalam arsitektur pengembangan perangkat lunak. Arsitektur ini diyakini mampu memberikan pilihan solusi untuk membangun aplikasi yang lebih efisien dan efektif. Sebelum arsitektur Microservice ditemukan atau dikenal, yang digunakan adalah konsep arsitektur Monolotik. 

Arsitektur Monolotik merupakan sebuah konsep arsitektur dimana dalam pembuatan aplikasi, semua komponen menjadi satu dalam satu kesatuan. Dalam hal ini adalah menyatukan antara front end dan back end ke dalam satu aplikasi. Sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman adalah aplikasi wordpress, dimana dalam satu aplikasi ini terdapat front end dan back end.

Akan tetapi, Arsitektur Monolitik memiliki kekurangan, antara lain, ketika semakin banyak penggunanya, maka akan berdampak kepada performa yang juga akan semakin menurun. Selain itu, pada saat terjadi error pada salah satu fungsi atau kode program, maka akan mempengaruhi keseluruhan aplikasi. Namun, selain kekurangan terdapat juga kelebihannya yang lebih memudahkan untuk dibangun dan di deploy ke server.

Berbeda dengan Monolitik, Arsitektur Microservice memecah satu aplikasi menjadi beberapa aplikasi kecil dan berdiri sendiri yang biasa disebut dengan service. Lewat microservice, antar service dapat dibangun dengan bahasa pemrograman yang berbeda-beda bahkan dapat pula dengan database yang berbeda.

Adapun untuk kelebihan Arsitektur Microservice adalah aplikasi lebih mudah dikembangkan dan tidak berpengaruh atau tidak mengganggu service lain karena masing-masing service berdiri sendiri. Performa akan lebih cepat karena satu aplikasi besar dipecah menjadi beberapa aplikasi kecil dimana saat sebuah service banyak diakses oleh pengguna, tidak akan mengganggu performa service yang lain. 

Selain kelebihan, Arsitektur Microservice ini tentu juga memiliki kekurangan diantaranya biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada jika menggunakan arsitektur Monolitik. Agak sulit untuk memelihara sebuah aplikasi dikarenakan sebuah aplikasi tersebut bisa memiliki banyak sekali service-service (dapat mencapai ratusan service).

Arsitektur Monolitik lebih efektif digunakan untuk aplikasi yang kecil dan aplikasi yang jarang atau tidak dikembangkan lebih lanjut. Namun, untuk aplikasi yang diperkirakan akan berkembang dan dengan pengguna yang juga akan semakin meningkat, arsitektur Microservice merupakan pilihan yang sangat baik untuk pengembangan aplikasi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement