Sabtu 16 Oct 2021 16:40 WIB

NF Education Center Gelar Webinar Peningkatan Literasi

Webinar dibagi menjadi dua sesi yakni pemaparan oleh masing-masing keynote speaker.

NF Education Center Gelar Webinar Peningkatan Literasi
Foto:

Pembicara kedua disampaikan oleh Zulfikri Anas, Pendiri dan Peneliti Indonesia Bermutu serta Direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu Sekolah Islam Al-Iman. Pemaparan yang disampaikan terkait budaya baca dalam desain sekolah untuk kehidupan. Beliau menyebut bahwa sesungguhnya literasi adalah kunci sebenarnya dalam memahami alam, angka, bilangan, dan semua fenomena di alam semesta.

Pandemi telah mengajarkan kita untuk kembali meninjau paradigma pendidikan bahwa ketika kita kembali ke pola pembelajaran tatap muka bukan berarti kembali ke pola pembelajaran lama, karena sejatinya pola tersebut telah mencabut jati diri siswa sebagai pembelajar. Namun lebih menekankan fungsi pendidik sebagai pembina peserta didik agar dapat membaca dan menemukan makna dalam kehidupannya.

Dalam era digital sekarang ini, semua orang dengan mudahnya saling terhubung. Namun dari hal tersebut pula, kita perlu mengembangkan pemikiran yang terpadu, menyeluruh, serta kolaboratif untuk dapat memaksimalkan keunggulan era digitalisasi ini. Sejatinya dibalik itu, era konektivitas ini harusnya membuat kita sadar bahwa kemanapun kita pergi maka tidak akan ada tempat tersembunyi, setiap benda dan pribadi memiliki titik koordinat secara spesifiknya, maka tidak ada hikmah lain yakni untuk selalu menebar kebaikan dimanapun kita berada.

Literasi adalah sarana penting untuk membantu anak menghubungkan titik-titik makna kehidupan dan peristiwa. Jika dihubungkan dengan kemampuan literasi digital, maka anak-anak yang fasih teknologi akan dapat keunggulan karena dapat mengakses big data tersebut tanpa batas. “Untuk itu,” Zulfikri menambahkan,” yang kita perlukan juga sekarang adalah kecapakan hati yakni spiritualitas dan sentuhan kasih agar anak bisa lebih memahami desain, cerita, simponi, empati, permainan, dan makna kehidupan”.

Selain itu, pendidik perlu mengingat bahwa sekolah adalah dunia tempat mematangkan anak sebagai insan berpikir, ia bukanlah penerima pasif dari pola asuh dan proses belajar di sekolah. Sehingga anak memahami tujuan utamanya bersekolah yakni mempelajari fitrahnya bahwa manusia ada untuk menebar kebaikan.

Beliau juga menyampaikan program YAGEMI (Yayasan Gemar Membaca Indonesia) sebuah sistem yang menyampaikan buku ke rumah-rumah secara bergilir setiap 15 hari. Keunggulan sistem ini antara lain adalah setiap orang dalam rumah (bapak, ibu, dan anak) dapat membaca paling sedikit 24 judul buku bacaan dalam setahun. Pada intinya, bagi keluarga Indonesia, buku harus berada di rumah agar bisa dibaca. Dari program ini, salah satu desa percontohan juga akhirnya memenangkan Lomba Perpustakaan Umum Terbaik di tahun 2018. Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat membantu program penguatan kemampuan literasi di masyarakat desa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement