Sabtu 16 Oct 2021 05:25 WIB

IDI Berharap Gelombang Ketiga Covid-19 Bisa Dihindari

Gelombang ketiga diprediksi tidak akan separah gelombang pertama dan kedua.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ilham Tirta
Sejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif Covi-19 saat gelombang kedua beberapa waktu lalu.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Sejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif Covi-19 saat gelombang kedua beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pandemi Covid-19 di Tanah Air saat ini menunjukkan tren penurunan. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban mengatakan, kekhawatiran gelombang ketiga Covid-19 ada di pikiran banyak orang.

"Tapi, jika kita mampu menghindari gelombang itu, maka Covid-19 akan berakhir jadi endemi," kata dia dalam cuitan Twitternya @ProfesorZubairi, Jumat (15/10).

Ia berharap semua pihak tidak menurunkan kewaspadaan jelang akhir tahun ini. Masyarakat diimbau tetap hati-hati dan mengintensifkan vaksinasi.

Sebelumnya, Ketua Pelaksana Harian Mitigasi PB IDI, Mahesa Paranadipa mengatakan, berdasarkan prediksi para pakar epidemiologi, gelombang tiga Covid-19 terjadi di akhir tahun atau Desember 2021. Faktornya, karena belum bisa memprediksi varian Delta yang masih ada.

Menurut Mahesa, pengurutan genom lengkap (whole genome sequencing/WGS) Indonesia yang masih lemah dan banyak keterbatasan. Sehingga, Indonesia pun menjadi lambat untuk mengetahui keberadaan penularan Covid-19 varian Delta.

"Seharusnya yang sudah divaksinasi kemudian terkonfirmasi (positif Covid-19) kemudian dilakukan WGS untuk melihat varian virusnya," katanya.

Meski pakar telah memperkirakan gelombang ketiga Covid-19, ia menegaskan, PB IDI berharap jangan sampai terjadi. Jika peningkatan kasus Covid-19 kembali terjadi, PB IDI dan para epidemiolog berharap kasus Covid-19 di gelombang tiga tidak lebih parah dari gelombang pertama dan kedua karena telah bertambahnya cakupan vaksinasi Covid-19.

Mahesa menambahkan, PB IDI memberikan beberapa rekomendasi. Pertama, adanya edukasi kepada masyarakat supaya disiplin dalam protokol kesehatan. Kemudian, percepat cakupan vaksinasi karena angka dosis atau suntikan kedua vaksin Covid-19 baru sekitar 27,84 persen dan suntikan pertama 48,44 persen.

"Berdasarkan teori, untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity) adalah 70 atau 80 persen dari total penduduk telah mendapatkan vaksin dosis kedua," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement