Jumat 15 Oct 2021 20:37 WIB

Solskjaer Dinilai Belum Mampu Terapkan Metode Sir Alex

Ole diberkahi skuad melimpah.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer keluar dari lapangan pada akhir pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Everton, di Old Trafford, Manchester, Inggris, Sabtu, 2 Oktober 2021. Pertandingan berakhir imbang 1-1
Foto: AP/Dave Thompson
Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer keluar dari lapangan pada akhir pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Everton, di Old Trafford, Manchester, Inggris, Sabtu, 2 Oktober 2021. Pertandingan berakhir imbang 1-1

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Ole Gunnar Solskjaer disebut tidak bisa merotasi skuadnya seperti yang pernah dilakukan Sir Alex Ferguson di Manchester United. Itu karena, ia harus memilih starting XI yang ditetapkan setiap pekan.

Pelatih asal Norwegia itu memperkuat skuadnya di musim panas lalu, dengan pemain-pemain seperti Cristiano Ronaldo, Jadon Sancho, dan Raphael Varane. Artinya United sekarang memiliki sejumlah opsi dan Solskjaer berusaha menemukan formula terbaiknya untuk meraih kemenangan.

Namun banyak pemain yang harus dipilih oleh Solskjaer. Ia terus mengubah metodenya setiap pertandingan. Pemain seperti Ronaldo dan Paul Pogba diistirahatkan saat United berjuang untuk mendapatkan satu poin melawan Everton.

Gary Neville menegaskan, Solskjaer akan dinilai berdasarkan penampilannya di liga, dengan kesuksesan terakhir klub terjadi pada 2013. Saat itu MU diuntungkan dari susunan pemain inti, ketika menjuarai Liga Inggris. Karena itu, Ole didesak untuk melakukan hal yang sama untuk memaksimalkan investasi klub.

"Saya pikir itu sampai pada titik di mana dia pikir dia bisa melakukan sedikit dari apa yang dulu dilakukan Sir Alex (Ferguson), di mana dia memiliki 22 pemain dan mereka semua adalah pemain bagus," kata Neville, dikutip dari Mirror, Jumat (15/10).

Namun, metode Ferguson tak dilakukan Jose Mourinho, Pep Guardiola dan Juergen Klopp, dengan mempertahankan skuad yang lebih konsisten. Sementara Ole kerap melakukan rotasi pemain, sehingga membuat bentuk permainan berubah-ubah.

"Dia (Ole) harus menjaga tim yang lebih konsisten di liga, dan liga akan menjadi kompetisi yang membuatnya berhasil atau menghancurkannya," ujar Neville.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement