Jumat 15 Oct 2021 16:09 WIB

Volkswagen Survei Soal Minat Kendaraan Otonom

Hanya 21 persen responden di Inggris yang tertarik menggunakan mobil otonom.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Mobil Otonom. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Mobil Otonom. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Akhir tahun ini, Inggris akan melegalkan penggunaan self-driving cars. Hal ini pun mendorong Volkswagen untuk melakukan riset soal respons masyarkat terkait kendaraan otonom tersebut.

Dikutip dari Drive pada Jumat (15/10), survei itu pun menggambarkan hasil yang cukup beragam. Karena, tak semua masyarkat Inggris tertarik dengan teknologi itu.

Baca Juga

Hal ini terlihat dari 46 persen responden yang mengaku mampu mengemudikan kendaraan dengan lebih baik dibandingkan dengan kendaraan yang dikendalikan oleh artificial intelligence. Dari 46 persen responden itu, mayoritas adalah pengemudi berusia 18 hingga 24 tahun.

Tapi, ada juga responden lansia yang tetap yakin bahwa ia lebih andal dibanding sistem kendali otonom. Karena, dari 46 persen responden itu, 39 persen diantaranya adalah responden yang telah berusia di atas 75 tahun.

Survei ini melibatkan 2012 responden di Inggris. Dari seluruh responden itu, hanya 21 persen saja yang mengaku tertarik untuk menggunakan kendaraan otonom.

Dari responden yang tertarik tersebut, 44 persen diantaranya ingin menggunakan kendaraan otonom agar dapat fokus menikmati hiburan. Tapi, ada 22 persen responden yang mengaku tetap akan fokus untuk memperhatikan jalan meski menggunakan kendaraan otonom.

Terkait kendaraan otonom, sebenarnya saat ini sistem ini masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Mengingat, salah satu produsen yang mengembangkan sistem kendali otonom yakni Tesla dianggap masih kurang sempurna dalam menghadirkan fitur tersebut.

Di Amerika, Hal itu pun mendorong National Highway Traffic Safety Administration  (NHTSA) melakukan pendalaman fitur autopilot yang melibatkan 700 ribu unit mobil Tesla yang dipasarkan di AS. Seluruh pendalaman itu didasari pada 11 kecelakaan yang terjadi sejak 2018 dan telah menyebabkan 17 korban terluka dan 1 orang meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement