Rabu 13 Oct 2021 20:20 WIB

Inilah Langkah Pemerintah Antisipasi Lonjakan Covid-19

Pemerintah fokus mempertahankan kasus Covid-19 serendah dan selama mungkin.

Rep: Dessy Suciati Saputri/Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Subarkah
Petugas gabungan mengawasi pedagang dan pengunjung pasar supaya tertib menggunakan masker  di Pasar Kumbasari, Denpasar, Bali, (Ilustrasi)
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas gabungan mengawasi pedagang dan pengunjung pasar supaya tertib menggunakan masker di Pasar Kumbasari, Denpasar, Bali, (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus menjelang diselenggarakannya perayaan Maulid Nabi 2021 dan juga libur Natal dan Tahun Baru 2022. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, pada saat acara keagamaan dan libur panjang diselenggarakan, maka mobilitas masyarakat akan meningkat tajam. 

“Fokus pemerintah saat ini adalah mempertahankan kasus serendah mungkin dalam waktu yang selama mungkin dengan penurunan kasus yang konsisten. Maka antisipasi lonjakan kasus setelah acara keagamaan dan liburan wajib dilakukan,” jelas Reisa saat konferensi pers PPKM, Rabu (13/10).

Sejumlah upaya yang tengah dan akan dilakukan pemerintah untuk mempertahankan penurunan kasus positif baru saat Maulid Nabi serta Natal dan Tahun Baru, yakni: Pertama, memastikan pelonggaran aktivitas diikuti pengendalian lapangan yang ketat. Kedua, meningkatkan laju vaksinasi lansia terutama di wilayah aglomerasi dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Tujuannya jika terjadi gelombang berikutnya, maka angka kematian dan perawatan rumah sakit dapat ditekan.

Ketiga, mendorong percepatan program vaksinasi untuk anak. Pada saat liburan Natal dan Tahun Baru, imunitas anak dari vaksin diharapkan sudah terbentuk.  Keempat, mengantisipasi mobilitas pelaku perjalanan internasional yang melakukan kunjungan wisata ke Bali, menyusul akan dibukanya Bandara Ngurah Rai.

Kelima, mendorong pemda betul-betul serius untuk mengawasi kegiatan masyarakat dan mengedukasi warga di daerah tentang rincian prokes yang harus dijalankan. Keenam, pemerintah juga terus mendorong masyarakat untuk tetap patuh prokes agar penurunan kasus Covid-19 di Indonesia dapat konsisten. Disiplin prokes tetap menjadi kunci utama bagi setiap daerah agar daerah level PPKM-nya tidak naik.

Reisa mengatakan, pandemi ini masih akan mengintai. Namun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, maka risiko penularan akan bisa ditekan serendah mungkin.

“Pemerintah menyarankan 3 syarat wajib adaptasi kebiasaan baru ini sebelum menghadiri acara besar atau liburan. Pastikan diri sudah divaksinasi, jangan lengah dan tetap bermasker di ruang publik dan tidak dibuka pada saat kita bertemu dengan orang lain, dan persiapan,” jelas Reisa.

Epidemiolog minta warga Jakarta tetap waspada

 

Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meminta pemerintah dan masyarakat mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 di DKI Jakarta. Menurutnya, tingginya tingkat vaksinasi di Ibu Kota tak lantas membuat kebal dari serbuan Covid-19.

 

Dicky mengapresiasi vaksinasi dosis kedua di DKI Jakarta yang sudah mencapai angka lebih dari 90 persen. Dengan demikian, hampir semua warga Ibu Kota memperoleh vaksinasi lengkap.

 

Namun Dicky menjelaskan capaian vaksinasi di Ibu Kota baru sampai tahap ambang batas untuk membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok. Sehingga penularan karena munculnya gelombang ketiga Covid-19 masih berpeluang dialami warga Ibu Kota.

 

"Ya menurut saya, potensi gelombang ketiga tentu tidak bisa terhindarkan, termasuk di Jakarta. Karena tetap ada orang rawan tertular Covid-19 dari yang belum divaksin dan perpindahan di wilayah aglomerasi," kata Dicky dalam webinar mengenai herd immunity pada Rabu (13/10).

 

Hanya saja, Dicky memandang efek gelombang ketiga di Ibu Kota tak seburuk di daerah yang cakupan vaksinasinya lebih rendah. Ia mengimbau masyarakat tetap tenang karena diduga gelombang ketiga Covid-19 di Jakarta tidak seburuk gelombang kedua pada medio tahun ini.

 

"Yang bisa saya sampaikan, keparahannya enggak akan sama dengan gelombang kedua," ujar Dicky.

 

Pasalnya, Dicky meyakini fasilitas kesehatan (faskes) di DKI Jakarta guna mengatasi pandemi sudah lebih memadai daripada wilayah lain. Kemudian tingkat keparahan individu yang terinfeksi Covid-19 bisa saja lebih ringan karena tingginya angka vaksinasi.

 

"Jadi, mungkin beban faskesnya tidak terlalu parah," ucap Dicky.

 

Diketahui, Kemenkes mendata capaian vaksinasi Covid-19 dosis dua di DKI Jakarta berada di angka 97,8 persen, dan dosis satu 129,5 persen hingga Rabu (13/10). Oleh karena itu tak salah menyebut capaian vaksinasi di DKI Jakarta sebagai yang tertinggi di Tanah Air. 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement