Rabu 13 Oct 2021 19:56 WIB

Hasil SKDU Indikasi Ekonomi Kuartal III Membaik

Pertumbuhan kuartal III diperkirakan masih tumbuh meski melambat.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Alat berat beroperasi saat bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/7/2021). Center of Reform on Economics (CORE) menilai hasil dari survei kegiatan dunia usaha (SKDU) semakin mengafirmasi pada kuartal III peluang pertumbuhan ekonomi masih berada jalur pertumbuhan positif semakin besar.
Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Alat berat beroperasi saat bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/7/2021). Center of Reform on Economics (CORE) menilai hasil dari survei kegiatan dunia usaha (SKDU) semakin mengafirmasi pada kuartal III peluang pertumbuhan ekonomi masih berada jalur pertumbuhan positif semakin besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (CORE) menilai hasil dari survei kegiatan dunia usaha (SKDU) semakin mengafirmasi pada kuartal III peluang pertumbuhan ekonomi masih berada jalur pertumbuhan positif semakin besar. Adanya kenaikan kasus Covid-19 dan juga restriksi pergerakan yang dilakukan pemerintah telah membatasi aktifitas perekonomian telah terbukti pada hasil SKDU, terutama lapangan usaha perdagangan yang SBT melandai hingga 0,01 persen setelah sebelumnya kuartal kedua tumbuh 3,66 persen.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan karena permintaan yang melambat (hal yang tergambar dari lapangan usaha perdagangan), industri manufaktur juga mengerem laju produksi ini terlihat dari kapasitas produksi manufaktur yang menurun dibandingkan kuartal II 2021. 

"Alhasil, saya kira pertumbuhan Q3 masih berpeluang tumbuh level positif meskipun akan jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (13/10).

Menurutnya hal lain yang perlu dicermati dari rilis SKDU, yaitu penggunaan tenaga kerja yang  persen SBT-nya terkontraksi hingga minus delapan, meski diperkirakan akan membaik pasa kuartal IV. Namun, level perbaikannya masih di level negatif. Sepanjang 2021 pun penggunaan tenaga kerja belum sepenuhnya kembali ke level positif.

Yusuf menyebut hal ini bisa mengindikasikan meskipun aktivitas perekonomian berjalan, tetapi serapan tenaga kerja atau orang yang masuk kembali ke lapangan kerja belum kembali seperti sebelum terjadinya pandemi ini tentu yang perlu diantispasi apalagi jika dikaitkan dengan bantuan pemerintah yang sudah tidak berlanjut lagi seperti BST. 

"Jika orang yang belum kembali masuk ke tenaga kerja ini disaat yang bersamaan belum kembali bekerja secara formal, tentu ini akan ikut mempengaruhi daya beli mereka," ucapnya.

Sementara itu Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menambahkan pertumbuhan ekonomi pada kuartalIII 2021 diperkirakan 3,5 persen-4,5 persen year on year. Pertumbuhan ekonomi relatif positif dipengaruhi oleh low base effect dan pengendalian covid19 yang semakin baik. 

"Low base effect terjadi ketika ekonomi mengalami pemulihan dari basis perbandingan tahun sebelumnya yang sangat rendah atau minus 3,49 persen. Mobilitas masyarakat yang mulai membaik khususnya diakhir kuartal bulan September turut menopang belanja masyarakat. Konsumsi rumah tangga mulai rebound disusul oleh produksi industri manufaktur yang tercatat masuk fase ekspansi," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement