Kamis 14 Oct 2021 00:05 WIB

Rusia tak Diundang dalam Pertemuan Terkait Kejahatan Siber

Banyak kelompok penjahat siber ransomware yang bermarkas di Ukraina dan Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Kejahatan Siber (ilustrasi).
Foto: Mgrol101
Kejahatan Siber (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat senior pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan Rusia tidak diundang dalam pertemuan yang bertujuan mengatasi pesatnya pertumbuhan ancaman ransomware dan kejahatan siber lainnya. AS memimpin pertemuan daring 30 negara itu.

Pakar keamanan siber mengatakan banyak kelompok penjahat siber ransomware yang bermarkas di Ukraina dan Rusia. Sejumlah pengamat dan pejabat pemerintah AS mengatakan kelompok-kelompok penjahat siber Rusia beroperasi dengan persetujuan Kremlin tapi mereka tidak dikendalikan langsung oleh pemerintah.

Baca Juga

Pejabat AS tersebut mengatakan pertemuan ini digelar selama dua hari dan enam sesi. Para peserta akan membahas topik-topik seperti mengatasi penyalahgunaan mata uang virtual untuk membayar uang tebusan, menghukum penjahat ransomware, menggunakan diplomasi untuk mengatasi ransomware, dan membantu negara-negara menjadi lebih tangguh dalam menghadapi serangan itu.

Selain AS empat negara lain yakni India, Australia, Jerman dan Inggris akan memimpin pembahasan dalam topik-topik seperti disrupsi, mata uang virtual dan diplomasi. Negara-negara yang mengikuti pertemuan ini antara lain Kanada, Prancis, Inggris, Brasil, Meksiko, Jepang, Ukraina, Irlandia, Israel, Afrika Selatan dan Uni Eropa.

"Kami telah berdiskusi dengan aktif dengan Rusia, tapi khusus di forum ini mereka tidak diundang untuk berpartisipasi," kata pejabat pemerintah AS tersebut, Rabu (13/10).

Ia menambahkan hal ini tidak menghalangi Rusia untuk berpartisipasi pada kegiatan berikutnya. Pejabat itu mengatakan AS terlibat langsung dengan Rusia dalam isu ransomware berdasarkan Kelompok Pakar AS-Kremlin yang dipimpin Gedung Putih dan didirikan Presiden AS Joe Biden serta Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pejabat mengatakan diskusi dengan Rusia masih terus berjalan. AS berbagi informasi mengenai aktor-aktor spesifik dengan Rusia dan negara itu telah mengambil langkah nyata untuk mengatasi isu yang diangkat.

Presiden Joe Biden mengangkat isu respon kejahatan siber hingga ke level tertinggi pejabat pemerintah. Setelah serangkaian serangan mengancam stabilitas pasokan makanan dan energi AS.

Bulan Mei lalu para peretas menanggung aliran bahan bakar di AS ketika mereka mengincar pipa yang dikelola Colonial Pipeline.

Pemerintah Biden berharap kelompok informal baru yang dinamakan Inisiatif Kontra-Ransomware akan meningkatkan dorongan diplomatik seperti pembicaraan langsung dengan Rusia. Serta aliansi NATO dan negara-negara kaya yang tergabung dalam Group of Seven. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement