Rabu 13 Oct 2021 12:48 WIB

Ahli: Era Digital, Semua Individu Bisa jadi 'PR'   

Sebelum era media digital, setiap perusahaan atau instansi mengandalkan juru bicara. 

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Kuliah Umum Virtual 'Trend dan Solusi Public Relations di Era Digital, yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas, Rabu (13/10).
Foto: Istimewa
Kuliah Umum Virtual 'Trend dan Solusi Public Relations di Era Digital, yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas, Rabu (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --  Era media digital telah membuat perubahan besar dalam kerja public relations (PR). Sekarang, dengan maraknya sosial media, pekerjaan PR tidak hanya dilakukan oleh individu atau kelompok yang berada di divisi PR. 

Namun, ahli public relation (PR) dari Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM), Emilia Bassar, peran PR dapat dijalankan oleh semua karyawan atau pekerja instansi. Baik itu di instansi swasta maupun pemerintah.

 "Sekarang semua bisa jadi komunikator di lembaga masing-masing. Misal satu perusahaan ada karyawan 1.000 orang, semuanya bisa menjadi duta buat perusahaan itu," kata Emilia, saat mengisi Kuliah Umum Virtual 'Trend dan Solusi Public Relations di Era Digital, yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas, Rabu (13/10).

Emilia menjelaskan, sebelum era media digital, setiap perusahaan atau instansi mengandalkan juru bicara atau corporate communications sebagai penyebar informasi internal dan eksternal. Karena saat itu, karyawan lain tidak punya ruang untuk ikut memberikan informasi-informasi terkait instansi mereka.

Kini dengan maraknya sosial media dengan berbagai platform, masing-masing karyawan atau anggota perusahaan dapat menjadi penyebar informasi seputar program, kebijakan, hingga prestasi perusahaan. Kondisi ini, menurut Emilia, menjadi tantangan bagi tim PR. 

Dia menyarankan, tim PR di sebuah instansi swasta atau pemerintah mengambil komando. Supaya, informasi yang disebarkan oleh karyawan dan stakeholders bisa sejalan dengan apa yang dikonsepkan oleh tim PR.

Tantangan lain di era digital bagi PR, lanjut Emilia, adalah harus bisa 24 jam meladeni pertanyaan, kritikan, dan tanggapan dari audiens. Audiens melalui aplikasi chat What's App, komentar di instagram, facebook, twitter dan lain-lain bisa kapan saja di mana saja memberikan tanggapan, pertanyaan dan kritikan terhadap instansi.

"Kita sebagai PR, harus siap menerima pesan kapan saja di mana saja dan melakukan interaksi dengan audiens," ujar Emilia.

Dia menekankan, karena interaksi dengan audiens ini dapat menyasar kepada karyawan lain di perusahaan yang bukan di bidang PR, tim PR harus dapat mengontrol informasi yang akan diberikan kepada audiens. Supaya tidak terjadi kesalahan informasi yang dapat menyebabkan citra perusahaan atau instansi tercoreng.

Wakil Dekan II FISIP Unand, Elva Ronaning Roem, yang membuka Kuliah Umum Virtual 'Trend dan Solusi Public Relations di Era Digital, mengatakan, PR dan Humas hari ini memiliki peranan penting dalam industri digitalisasi. Menurutnya, ada banyak perubahan strategi yang harus dilakukan oleh tim PR karena semua sekarang serba digital. 

Dia berharap, para praktisi komunikasi dapat memberikan peranan agar transformasi ke era digital ini, kegiatan PR masih berjalan sesuai aturan yang berlaku. "Sekarang adalah masa revolusi komunikasi. Di sinilah orang-orang PR yang tampil memberi peran sebagai penghubung komunikasi bagi instansi atau organisasi," ujar Elva.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement