Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Jangan Transfer Pahalamu dengan Berghibah

Agama | Wednesday, 13 Oct 2021, 09:59 WIB
Foto Ist

Mengumpulkan amal baik yang mendatangkan pahala dapat dilakukan dengan beragam perbuatan makruf secara mudah. Seperti salat, bersedekah, mengaji Alquran, dan lainnya. Namun menjaga pahala dari amal baik yang telah dikerjakan tersebut ternyata relatif sulit.

Salah satu perbuatan yang dapat menghapus pahala adalah melakukan ghibah. Perilaku ghibah bukan saja dapat menghilangkan pahala bahkan menimbulkan dosa baru bagi yang melakukannya jika saldo pahalanya telah habis.

Melakukan ghibah terhadap seseorang, ibarat sedang mentransfer pahala yang dimiliki kepada orang yang di ghibahi tanpa ia menyadari kerugiannya. Sehingga tabungan amal menjadi nol.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah, dijelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan orang lain tanpa sepengetahuannya, tentang sifat atau keadaan yang ada pada dirinya, yang seandainya dia mendengarnya pasti dia tidak menyukainya.

Ghibah tergolong pada pembicaraan yang bersifat gosip, pun ada faktanya jika hal itu bertujuan untuk tidak baik atau dapat menimbulkan rasa malu dari orang yang dibicarakan, maka semua itu disebut ghibah. Konon lagi bila yang dikatakan tidak ada fakta dan buktinya.

Diantara segala sesuatu yang sering kita lihat dalam keseharian tentang orang lain yakni bentuk tubuh, cara bicara, warna kulit, sifat atau perangai, disini kerap mengundang lisan seseorang untuk berkomentar, menjadi sumber bahan pembicaraan kepada orang lain lagi.

Maka penting bagi setiap mukmin untuk menjaga lisannya dari hawa nafsu membicarakan kekurangan orang lain terutama saudara muslimnya. Bahkan ada juga orang yang kebaikannya sekalipun tidak ingin di bicarakan oleh siapa-siapa.

Dalam sebuah majelis ilmu, Prof Dr Tgk. Fauzi Saleh, MA, ketika memberikan pengajian di Masjid Babul Maghfirah Gampong Tanjung Selamat menjelaskan, "apa pentingnya kita membicarakan aib orang lain, sebab kekurangan yang ada pada orang juga ada pada diri kita".

"Kerugian terbesarlah bagi orang-orang yang suka Berghibah, karena perbuatan itu menyebabkan pahalanya hilang seperti kita transfer uang ke sebuah rekening," tambahnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ


"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12).

Ibnu Katsir menjelaskan ayat diatas dengan sebuah hadits dari Malik r.a. telah meriwayatkan dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"Janganlah kamu mempunyai prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka yang buruk itu adalah berita yang paling dusta; janganlah kamu saling memata-matai, janganlah kamu saling mencari-cari kesalahan, janganlah kamu saling menjatuhkan, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling berbuat makar, tetapi jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara".

Oleh karena itu Ustadz Fauzi Saleh mengajak kita semua untuk mampu menjaga amal yang telah kita kerjakan dengan menjauhi perbuatan ghibah, menggunjing, dan membicarakan aib orang lain dibelakang mereka.

Tidak ada manfaat sedikit pun yang diperoleh dari apa yang diharamkan. Maka itu lebih baik diam jika tidak mampu membicarakan hal-hal yang baik.

"Berbicara yang baik atau diam", tutup Guru Besar UIN Ar-Raniry tersebut. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image