Rabu 13 Oct 2021 09:27 WIB

Anies Ajak Warga Antisipasi Tiga Ancaman Saat Musim Hujan

Antisipasi pertama di pesisir berpotensi terhadi rob bersamaan dengan hujan deras.

Petugas Dinas Sumber Daya Air (SDA) menggunakan alat berat untuk mengeruk di Waduk Tiu, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (30/9/2021). Dinas Sumber Daya Air mengeruk dan menyodet sepanjang 13 meter dari Waduk Tiu ke Kali Cipinang menuju Kali Sunter guna mengantisipasi banjir di wilayah Cipinang Melayu.
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Petugas Dinas Sumber Daya Air (SDA) menggunakan alat berat untuk mengeruk di Waduk Tiu, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (30/9/2021). Dinas Sumber Daya Air mengeruk dan menyodet sepanjang 13 meter dari Waduk Tiu ke Kali Cipinang menuju Kali Sunter guna mengantisipasi banjir di wilayah Cipinang Melayu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengajak warga mengantisipasi tiga ancaman saat puncak musim hujan yang berpotensi terjadi di Ibu Kota yakni rob di pesisir utara, aliran air dari 13 sungai dari sisi selatan, dan hujan deras di dalam kota.

"Ibu Kota secara topografis berada di daratan rendah, di sisi selatan ada pegunungan dan utara ada lautan," kata Anies ketika memimpin apel kesiapsiagaan saat musim hujan di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Rabu (13/10).

Menurut dia, antisipasi pertama adalah di pesisir utara Jakarta ketika permukaan air laut tinggi sehingga berpotensi terjadi rob dan saat bersamaan terjadi hujan deras. Akibatnya, aliran sungai menuju muara akan bertemu dengan permukaan air laut yang lebih tinggi.

"Di situ diperlukan kerja ekstra untuk bisa memompa, untuk bisa memastikan bahwa air sungai di muara bisa mengalir dengan baik dan masyarakat di utara terhindar dari potensi rob," katanya.

Kemudian, di sisi selatan yakni pegunungan dan mengalirkan air melalui 13 sungai yang masuk di Jakarta. Dia menjelaskan 13 sungai tersebut memiliki kapasitas daya tampung air mencapai 2.300 meter kubik per detik.

Pihaknya, masih bisa menanggulangi jika kapasitas tersebut mencapai hingga 2.300 meter kubik. "Kita harus antisipasi bila ada hujan lebat bukan di Jakarta tapi di sisi selatan yang mengakibatkan air itu mengalir melalui sungai-sungai di dalam kota," imbuhnya.

Terakhir, lanjut Anies, hujan deras yang terjadi di dalam kota. DKI, lanjut dia, memiliki drainase yang mampu menampung air akibat curah hujan maksimal 100 milimeter per hari.

Pengalaman pada Januari 2019, curah hujan saat itu mencapai 377 milimeter per hari atau 3,7 kali lipat lebih tinggi dari kapasitas drainase sehingga terjadi banjir. Begitu juga pada Februari 2021, juga terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 250 milimeter per hari.

Sedangkan sistem drainase di Jakarta, lanjut dia, dirancang mengalirkan air hujan dengan kapasitas 50 milimeter per hari di jalan perkampungan dan kapasitas 100 milimeter per hari di jalan-jalan utama. "Tiga 'front' ini semuanya harus kita hadapi mungkin bersamaan," ucap Anies.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dari perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada September hingga November 2021. Sedangkan, puncak curah hujan dan potensi rob diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement