Selasa 12 Oct 2021 15:37 WIB

Erick Thohir Apresiasi Pemberdayaan Disabilitas Binaan PLN

Kementerian BUMN membuka tempat bekerja bagi penyandang disabilitas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Penyandang disabilitas / Ilustrasi. Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi pemberdayaan disabilitas binaan PLN.
Foto: About Islam
Penyandang disabilitas / Ilustrasi. Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi pemberdayaan disabilitas binaan PLN.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri BUMN Erick Thohir, meninjau program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PLN ke Panti Sosial Penyandang Disabilitas Mental, Sensorik Netra, Rungu Wicara, Tubuh (PSRPD MENSENETRAWITU) Dinas Sosial Jawa Barat, Senin petang (11/10).

Di sela kunjungannya, Erick sempat berhenti sejenak untuk melihat beberapa penyandang tuna netra bernyanyi. Suara penyanyi yang merdu membuat Erick turut berdendang bersamanya.

Baca Juga

 

Erick Thohir dalam kunjungan tersebut memuji fasilitas panti, disertai dengan pendampingan yang bagus. Ia menyebut hadirnya anak-anak disabilitas merupakan realita yang ada di Indonesia. Sehingga menurutnya menjadi peran setiap pihak untuk memberi dukungan.

 

“Kami juga di Kementerian BUMN membuka tempat bekerja bagi penyandang disabilitas sesuai yang kita sepakati waktu itu,” ujar Erick terkait kebijakan Kementerian BUMN yang telah banyak menyerap tenaga kerja dari kalangan disabilitas, dalam siaran pers PLN Jabar, Selasa (12/10).

 

Erick mengatakan, pekerja disabilitas juga ada di PLN serta BUMN lainnya. Pemerintah, tidak membedakan karena kalangan disabilitas juga bagian dari anak bangsa Indonesia dan memiliki kesempatan yang sama. “Sudah seharusnya kita hadir untuk mereka,” katanya.

 

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril membenarkan PLN yang telah menerima pekerja dari kalangan disabilitas. Sejauh ini menurutnya sudah ada puluhan insan PLN yang merupakan kalangan disabilitas.

 

Sebagaimana pekerja lainnya, kata dia, mereka berkarya dengan baik. Umumnya berada di bidang yang berkaitan dengan layanan konsumen seperti di unit Call Centre hingga tim IT. “Saya kira itu potensi yang sangat luar biasa dan mereka sangat berkembang sekali,” katanya.

 

Bob mengatakan, PLN terbuka dan memberi kesempatan pada kalangan disabilitas untuk berkarya di PLN. Hal ini menurutnya disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan yang setiap waktu dievaluasi.

 

Dalam kesempatan yang sama, PLN melalui PLN UID Unit Induk Distribusi Jawa Barat (UID Jabar) menyerahkan bantuan alat membatik untuk UKM Batik Mulia Hati yang didirikan Pegiat Batik Disabilitas. Prosesi penyerahan bantuan dilakukan oleh Menteri BUMN dengan secara simbolik menyerahkan bantuan pemberdayaan diasabilitas dari PLN kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Dodo Suhendar.

Menurut Bob, kali ini PLN memberikan dukungan lewat permodalan hingga peralatan membatik. Bantuan yang disalurkan ini pun disebut berkelanjutan dan tidak akan berhenti sampai di sini.

 

Hingga saat ini, kata dia, total dana yang dikucurkan oleh mencapai Rp 200 juta. Rinciannya, Rp 100 juta digunakan untuk pembuatan tempat olah pangan pada September 2019, pengadaan sarana peralatan olah pangan senilai Rp 50 juta pada Februari 2020, dan tempat membatik dengan anggaran Rp 50 juta pada November 2020.

 

Selain itu, kata dia, dalam kesempatan yang sama Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN juga menyerahkan bantuan berupa 6 unit alat bantu dengar, 10 tongkat netra, 1 unit walker, 1 unit kursi roda, 1 buah kaki palsu, dan satu unit infra red.

 

Bob mengatakan, bantuan ini sesuai dengan semangat dan pilar pemberdayaan dalam program TJSL PLN. Dengan tidak menilai kalangan disabilitas sebagai beban, melainkan potensi yang mesti didorong untuk mandiri.

Bob pun menilai keterampilan mereka dalam berkreasi membatik yang hasilnya berkualitas menjadi bukti dari program PLN ini. Bob mengaku, akan terus melihat bagaimana program bantuan ini dapat berkelanjutan.

 

Yakni, kata dia, dengan memanfaatkan jejaring serta Rumah BUMN, produk batik yang dihasilkan panti, bisa didukung pemasarannya. Dengan dukungan yang berbentuk kail, bukan sekadar ikan. Sehingga dengan sarana yang ada, penyandang disabilitas ini bisa berhasil.

 

“Tetapi membantu kita jangan sepotong-sepotong. Harus terintegrasi. Kenapa? Harus diukur sampai keberhasilannya. Ini tugas kita bersama," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement