Senin 11 Oct 2021 14:41 WIB

Bapak Bom Nuklir Pakistan, Abdul Qadir Khan Meninggal

Abdul Qadeer Khan dinyatakan positif Covid-19

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Ilmuwan nuklir Pakistan, Dr. Abdul Qadeer Khan
Foto: Saudi Gazette
Ilmuwan nuklir Pakistan, Dr. Abdul Qadeer Khan

IHRAM.CO.ID, ISLAMABAD — Ilmuwan nuklir Pakistan, Dr. Abdul Qadeer Khan meninggal dunia di rumah sakit di Islamabad pada Ahad (10/10). Bapak bom nuklir Pakistan itu meninggal dunia diusianya 85 tahun.

Menteri Dalam Negeri Sheikh Rashid Ahmed mengatakan atas arahan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Dr Khan akan diberikan pemakaman kenegaraan. Sholat jenazah juga akan dilaksanakan di Masjid Faisal pada pukul 15.30 waktu setempat.

“Masyarakat umum boleh hadir. Seluruh bangsa berduka,” ujarnya dilansir dilansir dari Saudi Gazette, Senin (11/10).

Perdana Menteri Imran Khan menyampaikan duka citanya atas meninggalnya Dr. Khan. Terlepas dari kontroversinya di masa lalu, Dr Khan sosok yang dicintai oleh bangsa karena kontribusi yang sangat penting dalam membuat Pakistan menjadi negara bersenjata nuklir.

"Ini telah memberi kami keamanan terhadap tetangga nuklir agresif yang jauh lebih besar. Bagi rakyat Pakistan dia adalah ikon nasional," katanya, seraya menambahkan bahwa dia akan dimakamkan di Masjid Faisal sesuai keinginannya.

Presiden Pakistan, Dr. Arif Alvi mengatakan bahwa dia secara pribadi telah mengenal Dr. Khan sejak 1982. "Dia membantu kami mengembangkan pencegahan nuklir yang menyelamatkan bangsa, dan bangsa yang bersyukur tidak akan pernah melupakan jasanya dalam hal ini," katanya.

Bulan lalu, Dr. Khan mengeluh bahwa baik PM Imran maupun anggota kabinetnya tidak menanyakan kesehatannya saat dia dirawat di rumah sakit.

Menurut Associated Press of Pakistan yang dikelola pemerintah, Dr. Khan telah dirawat di Rumah Sakit Laboratorium Penelitian Khan pada 26 Agustus setelah ia dinyatakan positif Covid-19. Kemudian, dipindahkan ke rumah sakit militer di Rawalpindi lalu dipulangkan setelah pulih dari virus.

Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR), Ketua Komite Kepala Staf Gabungan Jenderal Nadeem Raza dan semua kepala dinas menyatakan kesedihan atas meninggalnya Dr. Khan.

Pernyataan ISPR juga mengutip Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Qamar Javed Bajwa yang mengatakan bahwa dia telah memberikan jasa yang tak ternilai untuk memperkuat kemampuan pertahanan Pakistan.

Pemimpin oposisi di Majelis Nasional Shehbaz Sharif mengatakan bahwa bangsa telah kehilangan seorang dermawan sejati yang melayani tanah air dengan hati dan jiwa.

"Meninggalnya Dr. Khan merupakan kehilangan besar bagi negara. Perannya dalam menjadikan Pakistan sebagai kekuatan atom tetap sentral," katanya.

Menteri Pertahanan Pervez Khattak mengatakan sangat berduka atas kematiannya dan menyebutnya sebagai kehilangan besar.

Lahir pada 1936 di Bhopal, India, Dr. Khan berimigrasi bersama keluarganya ke Pakistan pada 1947 setelah pembagian anak benua. Ia menyelesaikan gelar sains di Universitas Karachi pada 1960, kemudian melanjutkan studi teknik metalurgi di Berlin sebelum menyelesaikan studi lanjutan di Belanda dan Belgia.

Dikenal sebagai AQ Khan, ia berperan penting dalam mendirikan pabrik pengayaan nuklir pertama Pakistan di Kahuta dekat Islamabad. Pada 1998, negara itu telah melakukan uji coba nuklir pertamanya.

Datang tak lama setelah tes serupa oleh India, pekerjaan Dr Khan membantu menyegel tempat Pakistan sebagai kekuatan nuklir ketujuh di dunia dan memicu kegembiraan nasional.

Pada 2004, Dr. Khan berada di pusat skandal proliferasi nuklir global besar-besaran. Dalam serangkaian perkembangan dramatis, dia dituduh oleh panglima militer dan presiden Pervez Musharraf saat itu menjalankan jaringan proliferasi jahat untuk bahan nuklir.

Tak lama setelah pengumuman Musharraf, sebuah pengakuan yang direkam oleh Khan ditayangkan di mana dia bertanggung jawab penuh atas semua proliferasi nuklir yang telah terungkap. Dia kemudian ditempatkan di bawah tahanan rumah. Pengadilan mengakhiri tahanan rumahnya pada Februari 2009, tetapi pergerakannya terus dalam pengawasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement