Rabu 13 Oct 2021 06:32 WIB

Penurunan Kasus dan Ekonomi yang Kembali Berputar

Penurunan kasus Covid-19 membuat denyut kehidupan hampir kembali normal.

Warga bersama anaknya usai mengunjungi salah satu gerai toko di Senayan City, Jakarta. Penurunan kasus Covid-19 membuat masyarakat kembali keluar rumah dan meningkatkan mobilitasnya.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga bersama anaknya usai mengunjungi salah satu gerai toko di Senayan City, Jakarta. Penurunan kasus Covid-19 membuat masyarakat kembali keluar rumah dan meningkatkan mobilitasnya.

Oleh : Indira Rezkisari*

REPUBLIKA.CO.ID, Ekonomi yang berputar. Begitu kata seorang abang penarik ojek online kepada saya pekan lalu, dalam perjalanan mengantar saya menuju Hotel JS Luwansa di Kuningan, Jaksel. “Sekarang Alhamdulillah yang naik (ojol) sudah makin banyak. Sudah hampir seperti normal,” ujar sang abang, sore itu, kepada saya.

Perjalanan saya ke JS Luwansa juga dalam rangka kegiatan offline pertama Republika.co.id di tahun ini. Malam itu, Kamis (7/10), Republika.co.id menggelar acara memberikan penghargaan kepada lembaga dan tokoh inspiratif selama pandemi.

Baca Juga

Perkataan sang abang ojol agaknya tidak salah. Jakarta, meski belum hingar bingar dan super padat seperti sebelum pandemi, tapi sudah kembali ramai. Jalanan di jam pulang kantor sudah sibuk kembali. Pusat perbelanjaan mulai ramai. Aktivitas di gedung perkantoran sedikit lebih hidup. Sekolah-sekolah juga kembali menimbulkan kemacetan di saat jam pulang.

Ekonomi mulai berputar rasanya sih iya, ya. Semakin banyak orang berani keluar rumah. Bertemu teman, sekadar makan di luar, atau bahkan berlibur. Kasus positif Covid-19 yang terus menurun begitu pula dengan angka kematian memberikan keberanian dan kepercayaan diri bagi publik untuk beraktivitas.

Faktanya data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama September mobilitas masyarakat meningkat. Di tempat perdagangan retail dan rekreasi, misalnya, pada September 2021 mobilitas masyarakat tercatat minus 2,7 persen dari kondisi normal. Angka tersebut menunjukkan perbaikan dari bulan Agustus yang sebesar minus 12,4 persen.

Pergerakan masyarakat di tempat belanja kebutuhan sehari-hari bahkan sudah dalam kondisi normal. Tercatat mobilitasnya mencapai 20,2 persen, naik dari bulan sebelumnya yang hanya 15,5 persen.

Sementara itu, untuk mobilitas di taman tercatat minus 8,9 persen, naik dari Agustus yang mencapai minus 15 persen. Begitu pula di tempat transit, di mana mobilitas masyarakat tercatat minus 28,4 persen dari situasi normal, jauh lebih baik dari mobilitas di tempat transit bulan Agustus yang minus 37,4 persen.

Data-data tersebut menunjukkan orang semakin berani keluar rumah. Saya yakin di bulan Oktober BPS akan menunjukkan data mobilitas masyarakat yang lebih tinggi lagi dari September.

Harapan akan ekonomi yang berputar mulai nyata. Meski belum akan berlari tapi setidaknya tidak berhenti. Masyakarat kecil yang mengandalkan penghasilan harian bisa lebih bernapas lega karena jualannya belakangan kembali laris, seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat.

Akhir pekan lalu saat melewati Cirebon dan mampir ke salah satu kedai kecil yang ketan bumbunya selalu saya suka, saya bertanya pada oma pemilik kedai. Katanya, sekarang di akhir pekan ketan bumbu andalannya sudah laris 100-150 buah. Di hari biasa, 50 potong ketan bumbu habis sehari.

“Lumayan sudah mulai normal, waktu sepi itu, PPKM, buat 20 saja tidak habis. Akhirnya dibagi-bagi ke tetangga-tetangga,” kata oma, penjaja ketan bumbu Nona, yang saya temui di kawasan Lemahwungkuk dekat Pasar Kanoman Cirebon.

Saat mencari penginapan di Cirebon itu juga saya kesulitan menemukan kamar kosong. Setidaknya hotel dengan brand name besar sudah penuh di-booking.

Ketika ekonomi berputar akibat mobilitas masyarakat, tentu ada kekhawatiran tersendiri akan kemungkinan kenaikan kasus. Apalagi kepatuhan protokol kesehatan bukan sesuatu yang mudah. Tidak sedikit masyarakat yang menganggap kasus sudah turun, tetangga kerabat tidak ada yang positif, hingga penggunaan masker menjadi kendor.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan agar lonjakan kasus di Indonesia yang terjadi pasca liburan Idul Fitri yang diikuti peningkatan mobilisasi serta kegiatan berkumpul dan mengunjungi keluarga tidak terulang. Berkaca dari situ Pemerintah menerapkan kebijakan berlapis.

Yakni pembatasan pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi hingga tingkat kabupaten atau kota, pembatasan perjalanan dalam dan luar negeri, penguatan fasilitas pelayanan kesehatan dan penyediaan obat-obatan serta alat kesehatan, dan juga penyediaan tempat isolasi terpusat di beberapa daerah dengan kasus tinggi.

Kebijakan berlapis tersebut bukan tanpa alasan. Berhati-hati saat membuka aktivitas adalah upaya pemerintah memutar roda ekonomi tanpa membebani sistem kesehatan. Artinya, masyarakat juga harus berhati-hati dan tetap waspada. Jangan lengah sedikitpun sekalipun sudah divaksin dosis lengkap.

Karena ekonomi hanya bisa berputar baik jika masyarakatnya sehat.

*penulis adalah jurnalis Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement