Senin 11 Oct 2021 08:18 WIB

Eks Menteri Inggris Ingin Angkat Raisi Jadi Bos Interpol?

Empat menteri itu disebut memiliki kampanye rahasia untuk tunjuk kepala polisi UEA

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Logo Interpol.
Foto: Reuters
Logo Interpol.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Empat mantan menteri Inggris disebut terlibat persekongkolan dalam upaya untuk menempatkan kepala polisi Uni Emirat Arab (UEA) sebagai kepala Interpol. Dalam sebuah dokumen dari perusahaan lobi Inggris, Project Associates (PA) yang bocor disebutkan, empat mantan menteri tersebut merencanakan kampanye rahasia untuk menunjuk Kepala Polisi UEA, Ahmed Naser al-Raisi sebagai kandidat memimpin organisasi kepolisian internasional.

Penunjukkan al-Raisi memicu kritik karena dia dituduh menyiksa tahanan dan memiliki catatan hak asasi manusia yang buruk. Surat kabar Inggris, Daily Mail melaporkan, dokumen tersebut mengungkapkan, empat tokoh politik Inggris ikut ambil bagian dalam kampanye itu. Mereka terdiri atas mantan menteri pertahanan Michael Fallon, mantan menteri luar negeri Alistair Burt, mantan anggota parlemen Richard Ottoway, dan mantan menteri Kabinet Buruh Baroness Catherine Ashton.

Baca Juga

Seperti dilansir Middle East Monitor, Senin (11/10), menurut juru bicara perusahaan lobi PA, dokumen yang bocor adalah proposal yang menetapkan sejumlah kegiatan potensial. Sebagian besar kegiatan dalam proposal tersebut tidak terlaksana karena situasi yang telah berubah. Perubahan situasi yang dimaksud antara lain pembatasan perjalanan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Juru bicara itu menjelaskan, mantan menteri tidak secara aktif terlibat dalam kampanye penunjukan al-Raisi. Namun mereka berada dalam jaringan PA.

Kebocoran dokumen dan implikasi dari kampanye al-Raisi terjadi sepekan setelah Interpol mencabut larangan komunikasi dengan Suriah. Pencabutan tersebut berarti Suriah diberikan akses langsung ke jaringan kepolisian internasional.

Jabatan presiden Interpol akan diputuskan dalam beberapa pekan ke depan. Jika al-Raisi terpilih, maka kehadiran Abu Dhabi dan Damaskus di Interpol akan mengancam keselamatan para kritikus di seluruh dunia.

Kekhawatiran itu meningkat di tengah temuan Pengadilan Tinggi Inggris bahwa, penguasa Dubai menggunakan teknologi spyware Israel untuk meretas ponsel istrinya, pengacaranya, dan jurnalis di seluruh dunia.

Sejauh ini Pemerintah Inggris belum mengumumkan kandidat mana yang akan didukungnya untuk memenangkan kursi kepemimpinan Interpol. Tetapi keterlibatan tidak langsung empat mantan menteri Inggris, berpotens mengungkapkan hubungan antara tokoh politik Inggris, aktor asing, dan kelompok lobi di seluruh dunia.

Ini bukan pertama kalinya UEA terlihat sengaja meningkatkan pengaruhnya di dalam Interpol. Pada 2017, Abu Dhabi dituduh mencoba untuk meningkatkan pengaruh dalam organisasi Interpol melalui kontribusi langsung sebesar 50 juta euro.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement