Senin 11 Oct 2021 01:30 WIB

36 Mahasiswa Universitas Jambi Berdayakan Suku Anak Dalam

Kegiatan berdurasi waktu 2,5 bulan ini dilakukan di permukiman warga Suku Anak Dalam

Mahasiswa Universitas Jambi
Foto: istimewa
Mahasiswa Universitas Jambi

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI — Sebanyak 36 mahasiswa dari Universitas Jambi melakukan implementasi ilmu pengetahuannya untuk memberdayakan Suku Anak Dalam (SAD) di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Kegiatan berdurasi waktu sekitar 2,5 bulan di permukiman SAD ini menjadi implementasi dari program Matching Fund yang digagas Universitas Jambi dengan menggandeng PT. Sari Aditya Loka (PT SAL) dan Forum Kemitraan Multipihak Pembangunan Sosial SAD.

“Program ini merupakan bagian dari skema implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikembangkan oleh Universitas Jambi,” kata Rektor Universitas Jambi, Prof. Sutrisno, M.Sc. Ph.D, dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (11/10).

Sutrisno menjelaskan program Matching Fund ini merupakan bentuk akomodasi sinergi antara dunia usaha, industri dan institusi perguruan tinggi. Untuk tema besar yang diusung pada program kali ini adalah “Pemberdayaan Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas yang Terintegrasi dan Berkelanjutan”.

 

“Kami ingin menunjukkan pentingnya Universitas Jambi dalam membuka ruang belajar di luar kampus kepada para mahasiswa agar mereka bisa mendapatkan pengalaman berharga yang bermanfaat,” katanya.

Ketua Tim Matching Fund UNJA, Dr. Fuad Muchlis menjelaskan dalam program ini pihaknya melibatkan partisipasi banyak pihak, mulai dari mahasiswa, komunitas SAD, warga desa penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) dan Balai TNBD.  

“Program ini merupakan bagian dari skema implementasi MBKM yang dikembangkan oleh Unja. Artinya berbagai aktivitas yang dilakoni mahasiswa selama di lapangan bisa direkognisi menjadi kegiatan akademik hingga 20 SKS, baik mata kuliah tertentu yang relevan, KKN tematik hingga tugas akhir skripsi,” tuturnya.

Fuad menjelaskan program ini terdiri dari tiga topik utama. Pertama, upaya pemberdayaan ekonomi antara lain meliputi kegiatan inventarisasi dan pengolahan tanaman obat di TNBD serta budidaya melalui pembuatan demplot tanaman endemik dan kehutanan.

Kedua, kata dia, pemberdayaan pendidikan, terkait  pengembangan kurikulum dan modul pembelajaran SAD, penyusunan draft kebijakan model pendidikan SAD. Berikutnya adalah pemberdayaan sosial.

“Di sini meliputi pengintegrasian sistem sosial SAD dengan pemerintahan desa setempat, fasilitasi registrasi kependudukan bagi SAD dan membangun kesadaran hukum bagi SAD,” jelas Fuad.

Fuad juga menjelaskan kegiatan yang didukung penuh oleh Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek melibatkan 36 orang mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu (Prodi) di Unja serta 1 orang mahasiswa dari Polbangtan Bogor. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Desember 2021.

“Keberadaan mahasiswa di tengah-tengah SAD diharapkan dapat berkontribusi dan mengambil peran dalam upaya percepatan perubahan sosial SAD,” kata Fuad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement