Ahad 10 Oct 2021 16:10 WIB

Deschamps: Mustahil Menjauhkan Spanyol dari Penguasaan Bola

Spanyol juga dianggap bisa berbalik melakukan tekanan saat kehilangan bola.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pelatih kepala Prancis Didier Deschamps saat pertandingan sepak bola semi final UEFA Nations League antara Belgia dan Prancis di Turin, Italia, 07 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/Alessandro di Marco
Pelatih kepala Prancis Didier Deschamps saat pertandingan sepak bola semi final UEFA Nations League antara Belgia dan Prancis di Turin, Italia, 07 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Pelatih Prancis, Didier Deschamps, menilai, dari segi pengalaman tampil di partai final, anak-anak asuhnya jauh lebih unggul dibanding para penggawa Spanyol. Kendati begitu, hal tersebut belum menjadi jaminan keberhasilan Les Blues untuk bisa mengangkat trofi edisi kedua UEFA Nations League. 

Prancis akan menghadapi Spanyol dalam partai final UEFA Nations League musim 2020/2021 di Stadion San Siro, Milan, Senin (11/10) dini hari WIB. Les Bleus memastikan satu tempat di laga final usai menyingkirkan Belgia, 3-2, di laga semifinal. Sedangkan La Furia Roja membungkam Italia, 2-1, di laga semifinal lainnya. 

Deschamps menilai, keberhasilan membungkam Kroasia, 4-2, di laga final Piala Dunia 2018 bakal menjadi modal berharga buat timnya dalam menghadapi Spanyol, yang tidak pernah lagi menginjak laga final turnamen besar sejak tampil di final Piala Konfederasi pada 2013 silam. Kendati begitu, Deschamps memiliki kekhawatiran tersendiri kemampuan La Furia Roja dalam mengendalikan permainan via penguasaan bola. 

La Furia Roja memang dikenal sebagai tim yang mengandalkan pengusaan bola dalam berburu kemenangan. Dengan terus memegang kendali bola, La Furia Roja biasanya terus mengendalikan permainan dan berupaya mencetak gol. 

''Rasanya mustahil menjauhkan Spanyol dari gaya bermain penguasaan bola. Hal itu seperti sudah ada di DNA permainan mereka. Anda bisa mencoba mematahkannya dengan terus menekan. Namun, hal itu tidak mudah. Mereka juga piawai dan masih bisa mengoper bola meski dalam tekanan pemain lawan,'' ujar Deschamps seperti dilansir laman resmi UEFA, Ahad (10/10). 

Spanyol, tutur Deschamps, berhasil mempertahankan kualitas dari gaya permainan ini dan tetap berada di jajaran tim elite Eropa. Tidak berhenti sampai di situ, berkaca dari laga kontra Italia, Spanyol juga dianggap bisa berbalik melakukan tekanan saat kehilangan bola. 

''Kami mungkin lebih berpengalaman. Namun, hal itu bukan jaminan. Kami masih membutuhkan racikan strategi yang tepat untuk bisa meraih kemenangan di laga itu dan membawa pulang trofi tersebut,'' kata eks pelatih Juventus tersebut. 

Deschamps sepertinya telah menemukan strategi yang tepat untuk tim besutannya tersebut, terutama dalam hal formasi permainan. Dalam dua laga terakhir, Prancis tampil dengan menerapkan formasi tiga bek. Dengan formasi ini, transisi permainan dari menyerang ke bertahan yang ditunjukan Les Bleus dianggap jauh lebih baik. Hasilnya, Les Bleus sukses memetik kemenangan di dua laga terakhir usai sebelumnya mengemas empat hasil imbang dan satu kekalahan di lima laga. 

''Keuntungan menerapkan tiga pemain bertahan tidak semata-mata berada di aspek pertahanan. Formasi ini juga memberikan keuntungan dalam menahan serangan lawan dan melepaskan serangan balik cepat. Formasi ini memberikan Anda opsi yang lebih banyak, baik di sisi sayap ataupun lapangan tengah,'' kata Deschamps.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement