Ahad 10 Oct 2021 16:20 WIB

Pandemi Bisa Jadi Bibit Krisis Kesehatan Mental

Gangguan depresi mengalami peningkatan 8,5 persen saat pandemi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Ayah Depresi (Ilustrasi)
Foto: HEALTH TREE
Ayah Depresi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka gangguan kecemasan yang dialami oleh masyarakat Indonesia naik sebesar 6,8 persen selama pandemi Covid-19. Hal itu terungkap dalam penelitian terakhir yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

"Angka gangguan depresi juga ikut mengalami peningkatan 8,5 persen. Apabila melihat proyeksi jumlah penduduk di Indonesia, hal tersebut benar-benar membutuhkan penanganan serius," kata Subkoordinator Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Juzi Delianna, saat berbincang-bincang dalam Kesehatan Jiwa untuk Semua, Jumat (8/10).

Baca Juga

Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (World Federation for Mental Health/ WFMH) mengatakan, meski krisis Covid-19, pada awalnya, adalah krisis kesehatan fisik, namun juga bisa mengakibatkan bibit krisis kesehatan mental yang besar.  Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia juga berupaya untuk memberikan perhatian pada isu kesehatan mental yang memengaruhi kehidupan sosial masyarakat di dunia.

Hari Kesehatan Mental pertama diperingati pada 1994 dengan tema khusus, yaitu “Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia”. Sementara Hari Kesehatan Mental Sedunia 2021 mengambil tema Kesehatan Mental di Dunia yang Tidak Setara, dengan slogan "Perawatan kesehatan jiwa untuk semua: mari kita wujudkan".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement