Jumat 08 Oct 2021 17:38 WIB

PeduliLindungi Terus Diintegrasikan dengan Aplikasi Lain

Beberapa destinasi wisata masih menunggu QR Code PeduliLindungi dari pemerintah pusat

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno membuka perhelatan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) #6 di halaman Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Kamis (7/10/2021). Perhelatan bertajuk Semar Boyong yang mengulas cerita pagebluk melalui street art performance yang melibatkan 14 kecamatan di Yogyakarta itu merupakan rangkaian peringatan HUT ke-265 Kota Yogyakarta serta sebagai media untuk mengenalkan wayang kepada dunia internasional.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno membuka perhelatan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) #6 di halaman Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Kamis (7/10/2021). Perhelatan bertajuk Semar Boyong yang mengulas cerita pagebluk melalui street art performance yang melibatkan 14 kecamatan di Yogyakarta itu merupakan rangkaian peringatan HUT ke-265 Kota Yogyakarta serta sebagai media untuk mengenalkan wayang kepada dunia internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, aplikasi PeduliLindungi terus diintegrasikan dengan aplikasi lain. Salah satunya aplikasi Visiting Jogja yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DIY.

Di DIY, beberapa destinasi wisata masih menunggu QR Code PeduliLindungi dari pemerintah pusat. Seperti Malioboro yang saat ini belum bisa memanfaatkan PeduliLindungi.

"PeduliLindungi terus kita tingkatkan dan terus kita integrasikan dengan 12 aplikasi besar, Gojek salah satunya dan Visiting Yogya," kata Sandiaga di Desa Wisata Rejowinangun, Yogyakarta, Jumat (8/10).

Dengan begitu, katanya, masyarakat yang akan berkunjung ke destinasi yang sudah diuji cobakan dibuka di DIY tidak perlu mengunduh PeduliLindungi. Namun, dapat mengakses Visiting Jogja yang sudah terintegrasi dengan PeduliLindungi untuk sistem reservasi.

 

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, sebelumnya bahwa pihaknya masih menunggu QR Code PeduliLidungi dari pemerintah pusat untuk dipasang di Malioboro. Pihaknya sendiri sudah mengajukan QR Code PeduliLindungi ke pusat guna menyaring atau skrining wisatawan yang masuk ke Malioboro.

Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menggunakan QR Code yang dikembangkan sendiri untuk skrining wisatawan yang masuk ke Malioboro. Pemanfaatan QR Code ini pun masih dalam tahap uji coba dan terus dievaluasi.

"Kita sudah mengajukan, tetapi memang (QR Code) PeduliLindungi yang membuat pemerintah (pusat), kita nunggu dari sana. Kita belum pakai PeduliLindungi," kata Heroe kepada Republika belum lama ini.

QR Code yang dipasang saat ini juga untuk mengawasi pengunjung selama berada di kawasan Malioboro. Terutama terkait pengawasan dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19 dan pembatasan kunjungan wisatawan yang hanya diperbolehkan maksimal dua jam.

"Kita pakai aplikasi sendiri untuk memonitor, meskipun belum pakai PeduliLindungi. Paling tidak kita mencegah kerumunannya," ujar Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.

QR Code yang saat ini dipasang di Malioboro tersebut, juga tengah dikembangkan agar nantinya dapat terintegrasi dengan PeduliLindungi. Pasalnya, saat ini pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi menjadi salah satu syarat dibukanya tempat publik maupun destinasi wisata.

Walaupun begitu, kawasan Malioboro sendiri masih belum dibuka sebagai destinasi wisata. Namun, Malioboro dibuka sebagai pusat perekonomian.

"Kita sekarang nasional (dipakainya) PeduliLindungi, (itu) harus digunakan. Kita develop terus agar sistem kita bisa online dengan PeduliLindungi," kata Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.

Integrasi ini penting dilakukan mengingat kawasan Malioboro sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan, terutama saat akhir pekan. Tidak hanya wisatawan yang berasal dari DIY, namun juga dari luar daerah.

"Online (terintegrasi dengan PeduliLindungi) ini penting, tidak sendiri-sendiri, satu sistem untuk semua," ujar Haryadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement