Jumat 08 Oct 2021 05:44 WIB

Studi Temukan Risiko Peradangan Jantung dari Vaksin Pfizer

Studi temukan risiko peradangan jantung langka dari vaksin Pfizer, tetapi ringan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Studi temukan risiko peradangan jantung langka dari vaksin Pfizer, tetapi ringan.
Foto: EPA-EFE/DANIEL POCKETT
Studi temukan risiko peradangan jantung langka dari vaksin Pfizer, tetapi ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi berskala besar dari peneliti Israel menemukan adanya peningkatan risiko peradangan jantung langka setelah pemberian satu dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Akan tetapi, kasus yang terjadi umumnya ringan dan sebagian besar pasien dapat pulang tanpa membutuhkan perawatan.

Peradangan jantung langka yang dimaksud dalam studi ini adalah miokarditis atau peradangan pada otot jantung. Jumlah kasus miokarditis yang terdeteksi setelah pemberian vaksin Pfizer-BioNTech atau vaksin mRNA Moderna sangat kecil.

Baca Juga

Gejala miokarditis yang umum terjadi adalah nyeri dada, palpitasi atau jantung berdebar, dan napas pendek. Sebagian besar pasien dilaporkan dapat pulih dari kondisi ini dengan cepat.

Studi terbaru ini telah dimuat dalam New England Journal of Medicine. Studi ini hanya melibatkan lebih dari 2,5 juta orang berusia 16 tahun ke atas yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

 

Di antara lebih dari 2,5 juta orang tersebut, peneliti berhasil mengidentifikasi 54 kasus miokarditis. Kasus ini ditemukan pada kelompok usia 21-35 tahun. Dari 54 kasus ini, hanya tiga yang terjadi pada partisipan perempuan.

Dari beragam data yang terkumpul, tim peneliti memperkirakan ada dua kasus miokarditis untuk setiap 100.000 orang yang divaksinasi. Pada kelompok laki-laki berusia 16-29 tahun, tingkat kejadian miokarditis diperkirakan mencapai hampir 11 kasus per 100.000 orang yang divaksinasi.

Terlepas dari risiko ini, peneliti menekankan bahwa manfaat vaksinasi Covid-19 masih jauh lebih besar dibandingkan potensi risikonya. Di samping itu, Covid-19 justru memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menyebabkan terjadinya miokarditis.

"Bila Anda melihat risiko miokarditis, (risikonya) jauh lebih tinggi pada orang-orang yang terkena Covid-19 dibandingkan pada yang divaksinasi," ungkap dokter spesialis penyakit menular anak dari Stanford University Dr Yvonne Maldonado, seperti dilansir NBC News, Kamis (7/10).

Hal ini telah didukung oleh sebuah studi dari Case Western Reserve University. Berdasarkan studi ini, risiko mengalami miokarditis dari terinfeksi Covid-19 enam kali lebih tinggi dibandingkan risiko miokarditis dari vaksinasi pada laki-laki muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement