Rabu 06 Oct 2021 22:12 WIB

BRI Kantongi Dana Rp 29 T dari Right Issue

BRI mengantongi dana sebesar Rp 29 triliun dari investor asing

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan total nilai rights issue perseroan sebesar Rp 95,9 triliun dengan rincian Rp 55 triliun berupa non-cash karena berbentuk inbreng saham pemerintah di PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, sedangkan sebesar Rp 41 triliun merupakan dana tunai dari investor.
Foto: BRI
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan total nilai rights issue perseroan sebesar Rp 95,9 triliun dengan rincian Rp 55 triliun berupa non-cash karena berbentuk inbreng saham pemerintah di PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, sedangkan sebesar Rp 41 triliun merupakan dana tunai dari investor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengantongi dana sebesar dua miliar dolar AS atau sekitar Rp 29 triliun dari investor asing atau foreign buy setelah menggelar right issue dengan nominal terbesar di Asia Tenggara.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan total nilai rights issue perseroan sebesar Rp 95,9 triliun dengan rincian Rp 55 triliun berupa non-cash karena berbentuk inbreng saham pemerintah di PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, sedangkan sebesar Rp 41 triliun merupakan dana tunai dari investor.

“Lebih dari 70 persen dari total Rp 41 triliun itu atau sekitar dua miliar dolar AS merupakan dana dari investor asing yang akan memperkuat devisa kita juga. Rights issue BRI mengalami oversubscribe sampai 1,53 persen dari total 28,2 miliar lembar saham yang diterbitkan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (6/10).

Sunarso menyebut kiat sukses right issue merupakan kejelasan visi dan strategi BRI dengan value proposition dari rights issue, yaitu penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional bersama PNM dan Pegadaian melalui Holding BUMN Ultra Mikro (UMi) sebagai sumber pertumbuhan baru bagi perseroan.

“Dengan menyasar segmen ultra mikro, BRI siap masuk ke segmen bisnis yang lebih kecil dari mikro atau go smaller, namun dengan potensi ekonomi yang sangat besar,” ucapnya.

Holding BUMN Ultra Mikro yang dibiayai hasil rights issue juga akan berkontribusi terhadap konsep-konsep pembangunan yang berdasarkan environmental, social, and governance (ESG). “Melalui pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro akan meningkatkan kapabilitas usaha segmen ini, selain juga peningkatan literasi dan inklusi keuangan,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Sunarso, keberhasilan aksi korporasi tersebut tak terlepas dari komitmen tinggi dari para stakeholders, terutama pemerintah Indonesia dan regulator untuk mendukung terbentuknya Holding BUMN UMi.

“Ini merupakan spirit bahwa sebenarnya struktur ataupun pilar ekonomi Indonesia memang masih mayoritas didukung oleh segmen yang kecil-kecil, terutama UMKM dan terutama lagi ultra mikro yang masih banyak yang harus kita layani,” ucapnya.

Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut pada 2019 dari 65 juta usaha mikro atau 98,67 persen dari total usaha di Indonesia, terdapat sekitar 58 juta usaha ultra mikro. Namun hanya sekitar 20 juta usaha ultra mikro saja yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya.

Selain itu bisnis mikro dan UMi mampu menyerap sebanyak 109,84 juta tenaga kerja di Tanah Air atau menyedot 89,04 persen dari total pekerja secara nasional dengan berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 37,35 persen.

Ke depan perseroan optimistis dengan bergabungnya Pegadaian dan PNM, porsi kredit mikro BRI sebesar 50 persen dari total portofolio yang saat ini masih berada angka 40 persen. “Dengan bergabungnya dua saudara baru ini (Pegadaian dan PNM), yang spesialisasinya ultra mikro, porsi mikro dapat mencapai 50 persen. Sedangkan porsi UMKM sekarang 80 persen, kita mau naikkan menjadi 85 persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement