Rabu 06 Oct 2021 19:12 WIB

AS Punya Opsi Lain Jika Negosiasi dengan Iran Gagal

Penasihat keamanan AS menganggap diplomasi masih jalan yang terbaik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menyapa media saat dia pergi setelah konferensi pers pertamanya setelah memenangkan pemilihan presiden, di Teheran, Iran, 21 Juni 2021. Raisi mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengikuti negosiasi nuklir dengan kekuatan dunia tetapi tidak untuk waktu yang lama , menambahkan bahwa AS harus mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan JCPOA
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menyapa media saat dia pergi setelah konferensi pers pertamanya setelah memenangkan pemilihan presiden, di Teheran, Iran, 21 Juni 2021. Raisi mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengikuti negosiasi nuklir dengan kekuatan dunia tetapi tidak untuk waktu yang lama , menambahkan bahwa AS harus mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan JCPOA

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Jake Sullivan mengatakan diplomasi masih cara terbaik untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran. Tapi ia menegaskan Washington masih memiliki opsi lain bila negosiasi gagal.

Hal itu disampaikan Sullivan saat bertemu dengan penasihat keamanan nasional Israel Eyal Hulata. Pemerintah AS melaporkan pertemuan ini memberi kesempatan dua sekutu untuk berbagi data intelijen dan mengembangkan 'asesmen dasar' progres program nuklir Iran.

Baca Juga

Berdasarkan perjanjian nuklir 2015 yang dikenal Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Iran harus menghentikan program pengayaan uranium yang membuka pintu kemungkinan negara itu memiliki senjata nuklir. Sebagai gantinya sanksi-sanksi ekonomi mereka dicabut.

Namun pada 2018 lalu mantan Presiden Donald Trump menarik AS dari JCPOA dan memberlakukan lagi sanksi-sanksi ekonomi ke Iran. Pemerintah Israel menentang upaya Washington untuk memulihkan perjanjian tersebut.

Seorang sumber dari pemerintah AS mengatakan para pakar yakin sudah waktunya program nuklir Iran mencapai 'breakout', istilah yang digunakan ketika kemurnian uranium cukup untuk membangun senjata nuklir. Dari yang sebelumnya 12 bulan menjadi hanya beberapa bulan. Iran berulangkali membantah tuduhan bahwa mereka mengembangkan bom nuklir.  

"(Dalam pembicaraan itu Sullivan) menekankan komitmen fundamental Presiden Biden pada keamanan Israel dan memastikan Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir," kata Gedung Putih dalam pernyataanya mengenai pembicaraan Selasa (5/10) kemarin.

"Pak Sullivan menjelaskan pemerintahan ini yakin diplomasi jalan terbaik untuk mencapai tujuan, sementara juga mencatat presiden sudah menegaskan bila diplomasi gagal, Amerika Serikat siap untuk mengambil opsi yang lain," tambah Gedung Putih.

Pernyataan Sullivan sesuai dengan pesan yang disampaikan Biden pada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam pertemuan mereka di Gedung Putih bulan Agustus lalu. Pertemuan Sullivan dan Hulata yang disebut Kelompok Konsultatif Strategi AS-Israel membahas militer, intelijen dan diplomasi.

Sudah berminggu-minggu negara-negara Barat mencoba agar Teheran bersedia berkomitmen untuk kembali ke meja negosiasi dengan AS di Wina.

Perundingan sudah terhenti sejak bulan Juni setelah Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden Iran dan Teheran tidak dengan tegas mengatakan kapan akan kembali ke meja negosiasi.

Pemerintah AS menolak menjelaskan dengan spesifik pilihan apa yang akan diambil bila diplomasi dengan Iran gagal. "Kami akan menyiapkan langkah yang dibutuhkan," kata pejabat senior AS yang memberi pengarahan pada wartawan mengenai pertemuan Sullivan.

Beberapa pejabat dan pengamat mengatakan di balik kebuntuan negosiasi dengan Teheran, ada upaya untuk mengekstrak lebih banyak konsesi bila negosiasi akhirnya kembali dilakukan. Termasuk meningkatkan program pengayaan uranium.

Bennett yang menggantikan Benjamin Netanyahu yang berkuasa selama belasan tahun sudah menegaskan ia ingin Biden mengambil sikap yang lebih tegas pada Iran. Israel menganggap Iran sebagai ancaman nyata pada kawasan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement