Rabu 06 Oct 2021 10:12 WIB

Guru Youtuber

Dengan membuat konten di Youtube, seorang guru bisa mendapat pemasukan tambahan.

Guru Thailand mengenakan kostum dinosaurus merekam kelas online untuk siswa TK dengan ponsel di sekolah Suraomai di Bangkok, Thailand, 29 Juni 2021. Di tengah norma pembelajaran jarak jauh yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, guru sekolah Suraomai di Bangkok mengenakan pakaian merias wajah dan berpakaian dengan kostum warna-warni saat melakukan pengajaran kelas online yang bertujuan untuk mendorong dan melibatkan siswa mereka lebih dalam pelajaran.
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Guru Thailand mengenakan kostum dinosaurus merekam kelas online untuk siswa TK dengan ponsel di sekolah Suraomai di Bangkok, Thailand, 29 Juni 2021. Di tengah norma pembelajaran jarak jauh yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, guru sekolah Suraomai di Bangkok mengenakan pakaian merias wajah dan berpakaian dengan kostum warna-warni saat melakukan pengajaran kelas online yang bertujuan untuk mendorong dan melibatkan siswa mereka lebih dalam pelajaran.

Oleh : Andi Nur Aminah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa kali, saya mengikuti kelas-kelas videografi yang mengajarkan tentang keterampilan digital atau digital skill. Saya selalu menemukan teman sekelas yang berprofesi sebagai guru. Guru level mana saja. Mulai dari kelas TK hingga SMA, bahkan juga termasuk dosen.

Dari mereka saya menemukan banyak hal positif. Sebut saja semangat. Mengapa saya mendahulukan semangat.

Semangatlah yang membuat Bunda Ani, sebut saja demikian, satu di antara peserta dengan profesi guru, tak pernah absen bahkan selalu terdepan menyahut saat materi mulai diberikan. Kelas-kelas online di grup-grup WA atau telegram, hampir semua diikutinya. Saat kelas dimulai melalui zoom, wajahnya langsung nongol.

Bunda Ani, seorang pengajar di SD yang menangani kelas-kelas rendah seperti kelas 1 dan kelas 2. Dia seorang wali kelas yang juga guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Saat awal kelas dimulai, antusiasmenya sudah terlihat.

Dari segi usia, Bunda Ani tak sudah cukup senior. Luar biasanya, dia tak mau kalah dengan orang-orang lebih muda dari usianya untuk menguasai dunia digital. Dia ingin melek digital, sangat ingin bisa membuat berbagai video pembelajaran untuk ditampilkan ke anak didiknya.

Selama masa pandemi, waktu belajar siswa dilalui dengan belajar daring. Sebagai seorang guru, Bunda Ani ingin membagikan ilmu kepada anak didiknya dengan cara menyenangkan.

Dia menyampaikan keinginannya membuat video-video animasi bergerak. Lalu materi pembelajarannya akan diselipkan di video itu. Serta diiringi musik-musik bernuansa Islami.

Bunda Ani boleh dibilang belajar dari nol. Mengenal aplikasi editing video bernama Kinemaster pun baru diketahuinya. Gadget dengan 4RAM 64ROM itu pun baru saja mungunduh aplikasi tersebut, yang dikhususkan mengedit video dari handphone.

Semua hal yang masih tanda tanya baginya diutarakan. Dengan telaten, dia menyimak video-video tutorial yang kebanyakan diberikan berupa link channel Youtube dilahapnya.

Dia menonton, mengamati, lalu mempraktikkannya. Maka saat mulai bisa memasukkan gambar, mengubah huruf-huruf sesuai keinginannya, lalu menyelipkan bahan pembelajaran, menambahkan musik, atau mengisi narasi suara, tak terkatakan gembiranya Bunda Ani. Apalagi saat diajari bagaimana cara membuat channel Youtube. Bunda Ani tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Ini yang saya tunggu-tunggu dari dulu," ungkapnya.

Maka, hari demi hari, saat kelas-kelas online dimulai, Bunda Ani mulai menggunakan metode baru. Dia cukup membagikan link video Youtube yang sudah diunggahnya, untuk ditonton oleh murid-muridnya. Esok harinya, dia akan hadir dengan video pembelajaran terbaru lainnya yang sudah disiapkannya di channel Youtube.

Cara ini pun dilakoninya hari demi hari. Hampir setiap hari, dia menyiapkan konten pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran. Kadang saat kelas digelar baik lewat google class room, maupun zoom, kontennya kemudian diunggah juga di Youtube.

Dia pun menyampaikan pesan, khususnya buat para orang tua murid, bahwa pembelajaran tersebut bisa dilihat ulang di Youtube. Tentu saja sambil langsung membagikan link. Ternyata, cara ini cukup praktis, dan memudahkan para orang tua menemani anaknya belajar dengan mengulang kembali materi pembelajaran.

Tujuan awalnya tentu memudahkan anak didik belajar online dengan materi pembelajaran yang dikemas menarik agar tidak membosankan dalam bentuk video. Dengan setiap video pembelajaran yang dibuatnya, para siswa semakin banyak memperoleh konten positif dan pengetahuan. Dia pun menyadari, semakin banyak konten pembelajaran, channel-nya akan semakin bertumbuh, dan jam tayangnya pun terus bertambah.

Artinya, ini membuka potensi income baru baginya dengan menjadi seorang guru sekaligus youtuber. Ini sangat mungkin bisa dicapai oleh seorang guru. 

Youtube sendiri mensyaratkan untuk mencapai monetisasi, maka sebuah akun harus memiliki minimal 1.000 subscriber dan 4.000 jam tayang. Jika syarat tersebut sudah terpenuhi, maka pemilik //channel Youtube boleh mengajukan monetisasi Youtube dan cara daftar Google AdSense YouTube.
 
Monetisasi Youtube merupakan proses konversi dari performa suatu video di Youtube menjadi sumber penghasilan bagi kreator video. Indikator yang menjadi penilaian, antara lain jumlah tayangan, retensi penonton, jumlah klik, dan serta indikator lainnya.
 
Bagi seorang youtuber, monetisasi ini satu hal yang ditunggu-tunggu. Akun yang sudah dimonetisasi, akan berhak mendapatkan pundi-pundi uang yang nilainya sangat lumayan. Simak saja penghasilan para youtuber papan atas di Indonesia seperti Atta Halilintar, Ria Ricis, Raffi Achmad, Baim Wong dan lainnya. Bagi seorang guru, dengan membuat konten pembelajaran yang diunggah di Youtube, tentunya ini bisa menjadi tambahan penghasilan juga.
 
Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto beberapa waktu lalu pernah mengatakan guru tidak dilarang menjadi youtuber. Yang penting memerhatikan tujuan menjadi guru itu bukan hanya mencari uang. 
 
Guru bisa menggali ide yang cocok dengan audience, menampilkan keunikan dengan menggali info riset, creative editing, dan publikasi dengan tujuan berbagi pengetahuan. Apalagi tentu saja jika konten yang dibuatnya memang berupa materi pembelajaran yang diakses oleh para siswa. Ini ibarat kata, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. 
 
Jadi, ketika seorang guru sudah memiliki channel Youtube, maka konsistensi membuat konten pembelajaran sangat ditunggu. Tantangan youtuber dari latar belakang apapun adalah konten. Seorang guru, sangat diuntungkan karena materi ajar setiap sesi bisa diunggah setiap pekan, bahkan setiap hari. Nah, bapak ibu guru dimana pun berada, siapkah menjadi guru youtuber?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement