Rabu 06 Oct 2021 05:28 WIB

Sejarah Hari Ini: Perang Yom Kippur Dimulai

Pada 6 Oktober 1973, perang Yom Kippur dimulai dan berlangsung hingga 26 Oktober 1973

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pasukan Israel dalam Perang Yom Kippur 1973.
Pasukan Israel dalam Perang Yom Kippur 1973.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pada 6 Oktober 1973, perang Yom Kippur dimulai dan berlangsung hingga 26 Oktober 1973. Perang Yom Kippur kerap disebut Perang Oktober, Perang Ramadhan, perang Arab-Israel Oktober 1973, maupun Perang Arab-Israel Keempat.

Seperti dilansir laman Britannica pada Rabu (6/10), perang tersebut diprakarsai oleh Mesir dan Suriah pada hari suci Yahudi yakni Yom Kippur. Perang ini juga terjadi selama Ramadhan, bulan suci puasa dalam Islam. Perang diluncurkan dengan tujuan diplomatik untuk membujuk Israel berunding dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan bagi negara-negara Arab.

Baca Juga

Pada 6 Oktober sore saat itu, Mesir dan Suriah menyerang Israel secara bersamaan di dua front. Pasukan Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez dengan lebih mudah dari yang diharapkan. Sementara pasukan Suriah mampu melancarkan serangan mereka terhadap posisi Israel dan menerobos ke Dataran Tinggi Golan.

Intensitas serangan Mesir dan Suriah, tidak seperti situasi pada 1967 yang dengan cepat mulai menghabiskan persediaan amunisi Israel. Perdana Menteri Israel kala itu Golda Meir meminta bantuan Amerika Serikat (AS), sementara staf umum Israel tergesa mengimprovisasi strategi pertempuran.

Keengganan AS untuk membantu Israel berubah dengan cepat ketika Uni Soviet memulai upaya pasokannya sendiri ke Mesir dan Suriah. Presiden Richard Nixon membalas dengan mendirikan jalur pasokan darurat ke Israel, meskipun negara-negara Arab memberlakukan embargo minyak yang mahal dan berbagai sekutu AS menolak untuk memfasilitasi pengiriman senjata.

Pada Perang Enam Hari tahun 1967, Israel merebut dan menduduki wilayah Arab termasuk Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan, kemudian diikuti oleh pertempuran sporadis selama bertahun-tahun. Anwar Sadat yang menjadi presiden Mesir tak lama setelah Perang Atrisi (1969-1970) berakhir, membuat tawaran untuk mencapai penyelesaian damai jika, sesuai dengan Resolusi 242 Perserikatan Bangsa-Bangsa, Israel akan mengembalikan wilayah yang telah direbutnya.

Israel menolak persyaratan itu. Akhirnya pertempuran berkembang menjadi perang skala penuh pada tahun 1973.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement