Selasa 05 Oct 2021 15:45 WIB

Paguyuban Batik Dapat Pelatihan Diversifikasi Produk

Batik sudah berkembang pesat dengan adanya berbagai diversifikasi produk turunannya.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo menyelenggarakan pelatihan Diversifikasi Produk untuk Paguyuban Batik Giriarum, Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (5/10).
Foto: BI Solo
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo menyelenggarakan pelatihan Diversifikasi Produk untuk Paguyuban Batik Giriarum, Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo menyelenggarakan pelatihan Diversifikasi Produk untuk Paguyuban Batik Giriarum, Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (5/10). Pelatihan itu merupakan seri ke-3 setelah sebelumnya dilaksanakan pelatihan "Manajemen Keuangan Usaha & Pribadi", serta pelatihan Peningkatan Jiwa Kewirausahaan.

Penyelenggaraan serangkaian pelatihan untuk Paguyuban Batik Giriarum tersebut merupakan Program Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Berbasis Kelompok Subsistence yang diinisiasi BI bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar dan Rumah Zakat sebagai implementing partner.

Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo mengatakan, program UMKM Subsistence bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kewirausahaan dan peningkatan literasi keuangan. Sehingga, masyarakat Girilayu dapat lebih mandiri karena saat ini sebagian besar masih menjadi penerima program bantuan sosial dari pemerintah.

"Program UMKM Subsistence juga merupakan pilot project Bank Indonesia dan baru diterapkan di delapan wilayah se-Indonesia termasuk di Karanganyar," kata Nugroho, Selasa (5/10).

Dijelaskan, pelatihan kali ini memilih tema diversifikasi produk karena sangat kontekstual dengan kondisi pasar saat ini. Sebab, batik tidak hanya memiliki nilai historikal, melainkan juga memiliki nilai ekspor tinggi, bahkan bertumbuh di masa pandemi.

Pertumbuhan nilai ekspor batik tersebut terutama pada produk batik yang didiversifikasi. "Berdasarkan potensi tersebut, industri kerajinan dan batik menjadi sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi penopang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga perlu mendapat dukungan dari pemerintah, otoritas, dan stakeholder terkait," imbuhnya.

Ia menambahkan, saat ini batik sudah berkembang pesat dengan adanya berbagai diversifikasi produk turunannya yang cocok dipakai dalam berbagai acara dan memiliki berbagai fungsi. Karya-karya batik para perancang busana Indonesia tidak lagi hanya berupa kain sarung maupun baju perhelatan ritual.

Melainkan juga bisa dibuat menjadi koleksi busana yang cantik dan pernak-pernik atau aksesoris yang dikenakan masyarakat luas di antaranya sepatu, tas, dasi, hingga masker. Batik juga bisa dipakai di acara resmi maupun santai, tergantung dari motif dan desainnya.

Tidak hanya untuk fashion, batik juga digunakan untuk berbagai kerajinan dekorasi, antara lain sarung bantal, taplak, dan dekorasi rumah lainnya. "Hal ini menjadikan pangsa pasar batik semakin luas dan dinamis, yang dulunya hanya dipakai oleh kalangan kalangan raja, pejabat pemerintah, dan para pembesar, sekarang batik telah menjadi trending fashion kaum milenial dan dipakai masyarakat umum," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement