Selasa 05 Oct 2021 14:48 WIB

Pemerintah Prediksi Pertumbuhan Konsumsi Hanya 4,9 Persen

Oversupply listrik akan berdampak buruk lagi baik bagi keuangan PLN atau negara.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sempat memprediksi pertumbuhan konsumsi listrik ke depan bisa mencapai 6,4 persen. Namun faktanya, tergilas pandemi dan perubahan backbone pertumbuhan ekonomi secara nasional maka pertumbuhan konsumsi listrik diprediksi hanya 4,9 persen hingga 2030 mendatang.

Menteri ESDM Arifin Tasrif tak menampik bahwa pertumbuhan konsumsi listrik yang merosot memaksa perubahan skema RUPTL secara besar besaran. Sayangnya, ditengah jalan pemerintah juga dikejar target bauran energi dan net zero emission.

"Dampak pandemi COVID-19 berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian yang juga berdampak pada pertumbuhan listrik yang menyebabkan beberapa sistem besar seperti sistem kelistrikan Jawa-Bali dan sistem Sumatera berpotensi over supply," ujar Arifin dalam konferensi pers, Selasa (5/10).

Oleh karena itu, dia mengatakan, target pertumbuhan listrik di 2021 hingga 2030 diturunkan menjadi 4,9 persen. "Pertumbuhan listrik pada RUPTL sebelumnya sudah tidak sesuai. Dan untuk itulah RUPTL 2021-2030 diproyeksikan hanya tumbuh rata-rata sekitar 4,9 persen. (Di RUPTL) sebelumnya 6,4 persen," tambah Arifin.

Hal ini kemudian memaksa Arifin untuk mendorong PLN melakukan pembentukan pasar. Jika tidak, maka oversupply akan berdampak buruk lagi baik bagi keuangan PLN maupun keuangan negara karena menanggung kerugian dari pinalty listrik yang tak terserap.

"Saat ini pemerintah mendorong PLN untuk lebih fokus berinvestasi pada pengembangan dan penguatan sistem penyaluran tenaga listrik serta peningkatan pelayanan konsumen. Juga untuk melakukan strategi peningkatan demand," ujar Arifin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement