Selasa 05 Oct 2021 14:21 WIB

Warga AS Dukung Pemukiman Kembali Warga Afghanistan

Survei menunjukkan mayoritas warga AS menerima kehadiran pengungsi Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Keluarga yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melewati terminal sebelum naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Minggu, 29 Agustus 2021.
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Keluarga yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melewati terminal sebelum naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Minggu, 29 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Mayoritas warga Amerika Serikat (AS) mendukung program pemukiman kembali bagi warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS di Kabul. Jajak pendapat Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research yang diterbitkan pada Senin (4/10) menemukan 72 persen orang Amerika mendukung pemberian status pengungsi kepada warga Afghanistan yang bekerja dengan pemerintah AS selama 20 tahun invasi di Kabul.

Survei tersebut dilakukan beberapa pekan setelah militer AS menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan. Hasil survei tersebut menunjukkan dukungan warga Amerika terhadap program pemukiman kembali warga Afghanistan telah melintasi perbedaan politik.

Baca Juga

Jajak pendapat menunjukkan 76 persen dari Partai Demokrat mendukung pemukiman kembali warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan pemerintah AS selama invasi di Kabul. Sementara dukungan dari Partai Republik sekitar 74 persen. Secara keseluruhan, hanya sembilan persen orang Amerika yang menentang program pemukiman kembali.

Para pengamat mengatakan temuan itu menunjukkan kebanyakan orang Amerika menganggap perlindungan kepada warga Afghanistan merupakan kewajiban setelah perang selama hampir 20 tahun. Kebanyakan warga Amerika menekankan pentingnya pemeriksaan keamanan yang ketat terhadap pengungsi Afghanistan.

“Kami berutang kepada mereka,” kata Andrew Davis, seorang veteran Republik dan Angkatan Darat berusia 62 tahun di Galloway, Ohio, kepada The Associated Press. “Akan berbahaya bagi mereka untuk tinggal di sana," ujarnya.

Davis mendukung penerimaan mantan pegawai Afghanistan yang bekerja dengan pemerintah AS. Dia terbuka untuk melakukan hal yang sama bagi warga Afghanistan lainnya yang merasa terancam dengan kembalinya Taliban. Namun Davis menekankan pentingnya pemeriksaan keamanan bagi semua pengungsi Afghanistan untuk menyaring risiko keamanan.

“Jika kita bisa melakukan itu, saya pikir kita harus menerima mereka. Mereka jelas terancam," terang Davis.

Pada 30 September, Kongres meloloskan resolusi yang mencakup pendanaan tambahan sebesar 6,3 miliar dolar AS untuk program pemukiman kembali Afghanistan. Sejauh ini, ribuan warga Afghanistan telah tiba di AS. Sebagian besar masih tinggal di pangkalan militer sambil menunggu proses imigrasi sebelum diizinkan untuk memulai hidup baru di AS.

Seorang warga Afghanistan, Hashima (23 tahun) menyatakan ingin menetap di AS. Hashima saat ini masih berada pangkalan militer Fort McCoy di Wisconsin dan sedang menunggu izin agar bisa memulai hidup baru di AS.

“Saya ingin menjadi wakil rakyat Afghanistan di sini di Amerika. Saya ingin memiliki kebebasan penuh untuk mencapai tujuan saya,” kata Hashima kepada Aljazirah.

Jajak pendapat tersebut dirilis ketika Presiden AS Joe Biden menghadapi momen kritis tentang imigrasi. Sejumlah kelompok hak asasi manusia dan pendukung lainnya mendesak pemimpin AS untuk mengambil pendekatan yang lebih manusiawi dalam menghadapi imigran. Mereka meminta pemerintahan Biden agar tidak mengikuti jejak pendahulunya yaitu mantan presiden Donald Trump dalam menghadapi gelombang imigran, terutama di perbatasan selatan AS.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement