Selasa 05 Oct 2021 13:06 WIB

Pabrik Gula di NTB Targetkan Giling Tebu 867 Ribu Ton

Pemerintah diharapkan mendukung petani dalam meningkatkan produktivitas tebu.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) melakukan aktivitas giling tebu sebanyak 130 ribu ton tahun ini.
Foto: ANTARA FOTO/Irfan Anshori
PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) melakukan aktivitas giling tebu sebanyak 130 ribu ton tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) melakukan aktivitas giling tebu sebanyak 130 ribu ton tahun ini. Pabrik yang berlokasi di Dompu, Nusa Tenggara Barat itu menargetkan, aktivitas giling tebunya bisa meningkat menjadi 867 ribu ton pada 2025.

“Yang saat ini kami genjot memang produktivitas tebu sebagai bahan bakunya, karena kapasitas produksi kami sudah siap dan cukup besar. Oleh karenanya, perlu juga ditingkatkan luas lahan dan produktivitas tebunya,” ujar Direktur Operasional PT SMS Izmirta Rachman, melalui siaran pers yang dikirimkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada Selasa (5/10).

Ia menyampaikan, aktivitas perusahaan mengalami perkembangan signifikan setiap tahunnya. Misal, pada rendeman tebu, dari 2017 yang hanya 3,7 persen, kini sudah mencapai 6 persen. Jumlah protase tebu juga terus meningkat, dari 48,73 ton per hektare pada 2017, menjadi 58,84 ton per hektare pada 2021.

“Kami memiliki tantangan tersendiri membangun pabrik gula di sini, dengan kondisi tanah berpasir. Maka kami menyiasati dengan menanam tebu di saat musim penghujan supaya panennya tepat saat proses giling tebu,” ungkapnya.

Izmirta mengemukakan, saat ini masyarakat sekitar perusahaan sudah mulai antusias menanam tebu. Namun demikian, pihaknya memerlukan dukungan banyak pihak termasuk pemerintah dalam menjaga ketersediaan bahan baku dan fasilitas penunjang lainnya.

“Saat ini, yang dibutuhkan antara lain akses pengairan, infrastruktur jalan menuju perkebunan tebu, termasuk juga moda transportasi yang sesuai dengan kontur jalannya. Selain itu, ketersediaan pupuk, penyuluh pertanian, dan fasilitasi penelitian tebu untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas tebu,” tuturnya.

GM Plantation PT SMS Syukur HK mengakui, Kemenperin bekerja keras dalam upaya pengembangan industri gula di Dompu, NTB. “Karena awal kami ke sini sebelum pabrik beroperasi, masyarakat masih awam dengan menanam tebu. Sehingga kami terus mengedukasi dan melakukan penyuluhan secara intens tentang teknik budidaya tebu serta mengevaluasinya. Setiap tahun kami menargetkan pengembangan lahan perkebunan tebu lebih dari 1.000 hektare, karena para petani sudah merasakan manfaat ekonominya,” jelas dia.

Mukhtar, salah satu petani tebu yang berasal dari Desa Beringin Jaya, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu menyatakan, para petani tebu di wilayahnya sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam budidaya tebu karena adanya program kemitraan dari PT SMS. “Kami terus dibimbing oleh PT SMS selaku bapak angkat kami untuk koordinasi,” ujarnya.

Petani tebu lainnya, Samsudin berharap pemerintah dapat memfasilitasi bantuan untuk mendukung produktivitas tebu dari mulai pengadaan bibit, sarana prasarana budidaya tebu, alat panen, hingga jalan dan sarana transportasi ke pabrik gula. “Kami yakin, masyarakat akan semakin antusias untuk menanam tebu. Sebab, yang punya lahan 1 hektare bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 40 juta dari panen tebu dan ternak, di samping penghasilan lainnya,” tutur dia.

Plt Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika optimistis, produktivitas dari PT SMS akan berkontribusi guma memenuhi kebutuhan pasar domestik khususnya wilayah timur Indonesia. Pada 2021, kebutuhan GKP mencapai 2,8 juta ton.

“Pemerintah bertekad terus memberikan perhatian terhadap pengembangan industri gula di tanah air,” tegas Putu. Hal ini salah satunya diwujudkan melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula.

“Kami menyadari pengembangan industri gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu memerlukan investasi yang cukup besar. Demi menarik investor, perlu suatu insentif nonfiskal yang dapat memicu investor untuk berinvestasi di industri gula,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement