Selasa 05 Oct 2021 10:07 WIB

China Terbangkan 56 Pesawat Tempur Menuju Taiwan

Pengerahan pesawat tempur itu menjadi unjuk kekuatan terbesar dalam catatan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah jet tempur siluman J-20 dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). China menerbangkan 56 pesawat tempur menuju Taiwan pada Senin (4/10).
Foto: AP/Ng Han Guan
Sebuah jet tempur siluman J-20 dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). China menerbangkan 56 pesawat tempur menuju Taiwan pada Senin (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- China menerbangkan 56 pesawat tempur menuju Taiwan pada Senin (4/10). Pengerahan tersebut menjadi unjuk kekuatan terbesar dalam catatan.

Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menyatakan serangan mendadak pertama dari 52 pesawat termasuk 34 jet tempur J-16 dan 12 pengebom H-6, di antara pesawat lainnya. Kemudian, empat lagi J-16 China terbang menuju bagian barat daya dari zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Baca Juga

Angkatan Udara Taiwan mengerahkan pesawat tempurnya dan memantau pergerakan pesawat tempur China pada sistem pertahanan udaranya. "Kami sangat prihatin China akan melancarkan perang melawan Taiwan di beberapa titik, meskipun ancaman itu mungkin tidak akan terjadi pada saat ini," kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu.

China mengklaim Taiwan yang memerintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, untuk dikendalikan secara paksa jika perlu. Beijing menolak untuk mengakui pemerintah pulau itu dan semakin berusaha untuk mengisolasi pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang condong pada kemerdekaan.

Pengerahan pesawat tempur besar-besaran terjadi sejak pekan lalu, bertepatan dengan pada Hari Nasional China pada 1 Oktober. Tentara Pembebasan Rakyat mengirim 38 pesawat tempur ke daerah itu dan 39 pesawat sehari berikutnya. Beijing mengirim tambahan 16 pesawat pada akhir pekan ini.

Manuver terbaru oleh Angkatan Udara China membuat total menjadi 814 penerbangan. Sikap tersebut pun mendapatkan sorotan Amerika Serikat (AS) yang menjadi sekutu dekat Taiwan.

"Kami tetap prihatin dengan aktivitas militer provokatif Republik Rakyat China di dekat Taiwan, yang membuat tidak stabil, berisiko salah perhitungan, dan merusak perdamaian dan stabilitas regional. Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan," ujar Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki.

Menanggapi pernyataan serupa selama akhir pekan dari AS, Kementerian Luar Negeri China telah mengatakan negara yang menjual senjata ke Taiwan serta kapal yang menavigasi Selat Taiwan adalah tindakan provokatif yang merusak hubungan AS-China. "China akan mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan dan dengan tegas menghancurkan semua rencana ‘kemerdekaan Taiwan’,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement