Selasa 05 Oct 2021 04:28 WIB

Banyak Perusahaan di Inggris Kekurangan Tenaga Kerja

Brexit dan pandemi membuat banyak perusahaan di Inggris kekurangan staf

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Sebuah stasiun pengisian bahan bakar di London, 27 September 2021. Inggris mengalami kekurangan pasokan BBM. Brexit menyebabkan puluhan ribu pengemudi truk asing meninggalkan Inggris.
Foto: EPA/Neil Hall
Sebuah stasiun pengisian bahan bakar di London, 27 September 2021. Inggris mengalami kekurangan pasokan BBM. Brexit menyebabkan puluhan ribu pengemudi truk asing meninggalkan Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Survei terbaru di Inggris menunjukkan perusahaan di berbagai bidang di negara tersebut kekurangan staf. Hampir semua ekonomi mulai dari bidang pengangkutan, pertanian, hingga sektor perhotelan ditempatkan pada tekanan besar.

Seperti dilansir laman The Guardian pada Senin (4/10), survei terbaru menyasar 500 perusahaan di seluruh Inggris. Lebih dari seperempatnya mengatakan kurangnya staf memberi tekanan pada kemampuan mereka untuk beroperasi pada tingkat normal.

Baca Juga

Karena kekurangan staf, maka stok juga menjadi berkurang sehingga gangguan rantai pasokan yang dihasilkan terjadi. Menurut banyak perusahan, hal ini sangat berdampak merugikan bisnis mereka.

Banyak perusahaan telah mempertimbangkan untuk memangkas produksi sementara perusahaan-perusahaan lainnya berencana menaikkan harga. Ini menyebabkan kekhawatiran atas kenaikan inflasi saat periode perdagangan Natal mendekat.

Hampir seperlima perusahaan dari 500 perusahaan mengatakan pihaknya menaikkan upah untuk menarik staf baru. Ada juga perusahaan yang memperkenalkan tunjangan tambahan untuk memikat pekerja.

Namun survei terbaru yang dirilis oleh firma akuntansi BDO menunjukkan efek samping bagi konsumen bisa saja signifikan karena kekurangan staf ini. Sebab hampir sepertiga bisnis mengatakan kenaikan harga diperlukan dalam tiga hingga enam bulan ke depan untuk menebus gangguan kerugian ini.

Lebih dari sepertiga perusahaan dalam survei menyebut mereka juga telah mengurangi jenis produk dan layanan yang ditawarkan. Sedangkan sepertiga perusahaan lagi direncanakan untuk melakukan hal yang sama beberapa bulan mendatang kecuali situasinya secara radikal membaik. Proporsi yang sama memperkirakan rentang saham akan terpengaruh dalam jangka panjang.

Bisnis menyalahkan pandemi dan Brexit atas kekurangan pekerja dari luar negeri. Sekurangya 38 persen mengatakan kurangnya bakat regional mengganggu kemampuan mereka untuk merekrut staf yang sangat dibutuhkan. "Brexit, masalah rantai pasokan global, dan ekor panjang Covid-19 telah menciptakan badai yang sempurna untuk bisnis Inggris," kata mitra BDO Ed Dwan.

Baca juga : Disebut Legenda Baru, Mohamed Salah Layak Perpanjang Kontrak

Menurutnya, setelah menavigasi tantangan pandemi dan berharap untuk istirahat, bisnis mendapati diri mereka menghadapi gangguan yang lebih besar yakni hampir semua sektor melaporkan kekurangan staf. "Ini adalah era pergolakan dan tantangan yang dihadapi oleh kelas menengah Inggris sebagai mesin ekonomi Inggris yang menunjukkan jalan yang panjang di depan," kata Dwan.

 

Survei tersebut mengungkapkan tantangan yang dihadapi semua tingkatan bisnis Inggris. Seperti kekurangan pengemudi dan pada sektor perhotelan. Sementara hanya 18 persen bisnis di industri restoran, pub, dan bar yang mengatakan mereka yakin dapat merekrut dan mempertahankan staf yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement