Senin 04 Oct 2021 18:13 WIB

Direksi Holding Pariwisata Dibentuk, Ini Tahapan Selanjutnya

Nantinya holding pariwisata tidak hanya mengandalkan BUMN saja.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung menikmati suasana hutan Djawatan di Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (2/10/2021). Pemerintah sudah membentuk jajaran komisaris dan direksi holding aviasi dan pariwisata melalui melalui PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero).
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Pengunjung menikmati suasana hutan Djawatan di Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (2/10/2021). Pemerintah sudah membentuk jajaran komisaris dan direksi holding aviasi dan pariwisata melalui melalui PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sudah membentuk jajaran komisaris dan direksi holding aviasi dan pariwisata melalui melalui PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Triawan Munaf yang ditunjuk menjadi komisaris utama sekaligus komisaris independen mengungkapkan akan ada tahapan selanjutnya setelah susunan direksi dan komisaris dibentuk.

"(Holding pariwisata) sudah resmi. Tahap selanjutnya adalah penandatanganan RPP oleh bapak presiden," kata Triawan kepada Republika.co.id Senin (4/10).

Meskipun begitu, Triawan mengaku belum bisa mengungkapkan rencana yang disiapkan untuk holding aviasi dan pariwisata. Hal tersebut dikarenakan penunjukkan komisaris dan direksi PT Aviasi Pariwisata Indonesia baru dilakukan hari ini.

"Kami belum rapat pertama karena direksi langsung ke Labuan Bajo. Setelah itu ya," tutur Triawan.

Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) sekaligus Direktur Project Management Office (PMO) Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, Edwin Hidayat Abdullah menegaskan, holding aviasi dan pariwisata nantinya juga akan berkolaborasi dengan swasta. Dia mengatakan, dalam industri pariwisata dan aviasi tidak hanya didukung oleh perusahaan BUMN saja.

“Nanti saat masuk dalam kolaborasi di holding, tidak semua (industri pariwisata dan penerbangan) dikendalikan BUMN,” kata Edwin dalam Webinar Indonesia Smart Airport Forum (SAF) 2021, Rabu (18/8).

Dia mengatakan, hal tersebut dikarenakan industri aviasi dan pariwisata terjadi dari mulai kebutuhan, melakukan pencarian booking, dari rumah ke bandara,  dan naik pesawat. Setelah turun dari pesawat menggunakan transportasi lokal dan sampai ke destinasi dapat singgah ke hotel.

Edwin menuturkan, dalam semua proses tersebut, pelaku perjalanan sebelum naik pesawat banyak peran dari non-BUMN. Lalu saat memilih maskapai untuk perjalanan juga tidak hanya maskapai BUMN saja.

“Setelah kita jalan terus itu market share BUMN sangat kecil. Dari keseluruhan perjalanan travelers, kontribusi utamanya memang di bandara untuk holding ini,” jelas Edwin.

Edwin mengakui, dari keseluruhan ekosistem pariwisata dan penerbangan banyak pemainnya. Untuk itu, dia memastikan holding pariwisata tidak hanya mengandalkan BUMN saja.

“Kami tidak hanya terbatas pada BUMN tapi swasta. Kami juga akan bekerja sama dengan pemerintah. Pengembangan fasilitas bandara ini vital bagi pariwisata Indonesia,” tutur Edwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement