Senin 04 Oct 2021 16:49 WIB

Batik Paoman Andalkan Penjualan Online di Masa Pandemi

Ada 25 karyawan yang tetap bekerja.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perajin batik tulis menyelesaikan pesanan batik di PaomanArt, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (2/9/2021). Pengusaha batik di daerah tersebut memasarkan batik melalui media daring untuk meningkatkan penjualan di masa pandemi.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Perajin batik tulis menyelesaikan pesanan batik di PaomanArt, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (2/9/2021). Pengusaha batik di daerah tersebut memasarkan batik melalui media daring untuk meningkatkan penjualan di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -– Pandemi Covid-19 membuat penjualan batik di sentra batik Paoman Kabupaten Indramayu, mengalami penurunan. Meski demikian, para pembatik tetap eksis dengan mengandalkan penjualan secara daring (online).

Pemilik batik ‘Paoman Art’, Hj Sudiono, menjelaskan, sebelum pandemi, konsumen yang datang berbelanja ke tokonya mencapai sekitar 50 orang per hari. Namun di masa pandemi, konsumen yang datang menurun di kisaran 50 persen.

‘’Tapi Alhamdulillah, di sini (sentra batik Paoman) tidak ada karyawan yang dirumahkan. Semua tetap eksis,’’ ujar Sudiono, saat ditemui di toko batik miliknya di Jalan Siliwangi Indramayu, Senin (4/10).

Sudiono mencontohkan, di Paoman Art miliknya, ada 25 karyawan yang tetap bekerja. Mereka bertugas di bagian produksi hingga penjualan. Jumlah itu belum termasuk 60 industri rumahan yang menjadi mitra usahanya.

 

Sudiono menyebutkan, industri rumahan yang dimaksudkannya adalah pembuatan batik oleh ibu-ibu di rumah mereka masing-masing. Dia memasok seluruh bahan maupun alat yang dibutuhkan dalam pembuatan batik. Saat batik selesai dikerjakan, selanjutnya disetorkan kepadanya untuk tahap pewarnaan hingga penjualan.

Sudiono mengungkapkan, selama ini menjalankan usaha penjualan batik secara langsung maupun daring. Namun di masa pandemi, penjualan daringlah yang lebih menonjol.

‘’Lebih banyak pembeli yang online dibandingkan yang datang langsung ke toko. Pembeli minta dikirimi gambar, lalu mereka pilih motif yang diinginkan dan kita kirim dengan menggunakan jasa kargo,’’ terang Sudiono.

Sudiono mengatakan, meski tak menghitung secara persis, namun batik yang terjualnya bisa mencapai ratusan lembar per hari. Batik itu merupakan batik cap yang harganya lebih terjangkau.

‘’Kalau batik tulis, yang terjual sekitar tiga sampai empat lembar per hari karena harganya mahal,’’ tutur Sudiono.

Sementara itu, pemilik batik ‘Senang Hati’, Carwati, juga mengakui adanya penurunan penjualan batik di masa pandemi. Meski demikian, dia pun tetap eksis dengan menjalankan sistem penjualan secara langsung maupun daring.

‘’Untuk penjualan secara langsung dan online tergantung sikonnya. Di saat ada event tertentu, penjualan di toko lebih ramai,’’ tandas Carwati. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement