Sabtu 02 Oct 2021 21:13 WIB

Industri Makanan Halal Butuh Rantai Pasok Terintegrasi

Integrasi penting jika Indonesia mau jadi pemain utama di industri makanan halal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Perry Warjiyo. Perry menilai, industri halal nasional butuh rantai pasok terintegrasi.
Foto: Dok. Bank Indonesia
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Perry Warjiyo. Perry menilai, industri halal nasional butuh rantai pasok terintegrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan industri makanan halal membutuhkan ekosistem bisnis berbasis syariah yang saling terintegrsi dari hulu ke hilir. Hal itu menjadi kunci untuk memajukan daya saing industri makanan halal di pasar dalam negeri maupun global.

Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Perry Warjiyo, menilai, integrasi ekosistem usaha syariah menjadi bagian penting jika ingin Indonesia menjadi pemain di industri makanan halal. "Menurut saya ini adalah soal mata rantai produksi, keuangan, hingga pemasaran. Jadi end to end process dari tahap produksi sampai barang itu sampai ke konsumen," kata Perry dalam Muhadatsah Dewan Pakar MES, Sabtu (2/10).

Baca Juga

Perry mengatakan, pemangku kepentingan di bidang industri halal harus segera mempercepat proses integrasi tersebut. Berbagai inovasi wajib dilakukan sehingga industri makanan halal secara konkret mengalami kemajuan signifikan.

Menurutnya, salah satu inovasi yang bisa ditempuh untuk mendukung integrasi tersebut dengan penggunaan digitalisasi. Di mulai dari teknologi untuk memproduksi suatu produk makanan halal hingga pada tahapan strategi pemasaran.

"Jadi tidak hanya soal bagaimana memproduksi pangan itu, tapi juga memproses dan memasarkannya secara nasional hingga global," kata Perry.

Perry menjelaskan, integrasi tersebut juga perlu melibatkan kelembagaan yang sejalan dengan industri syariah. Seperti misalnya pondok pesantren yang saat ini membutuhkan dorongan agar mandiri secara ekonomi.

Menurutnya, pesantren memiliki sumber daya yang besar sebagai pemain dalam usaha mikro dan kecil untuk ikut berperan dalam bisnis industri makanan halal.

Sementara itu, Anggota Dewan Pakar MES, Iwan Pontjowinoto, menambahkan, industri makanan halal nasional membutuhkan penunjang teknologi digital yang mampu menjawab kebutuhan saat ini. Ia menyebut blockchain sebagai salah satu alternatif yang tepat untuk mendukung digitalisasi tersebut.

"Blockchain sebetulnya sangat bagus. Sayangnya, orang mengetahui blockchain awalnya dari cyrptocurrency, bitcoin. Padahal ini sangat bisa membantu industri," kata Iwan.

Ia memaparkan, teknologi blockchain dapat membantu pelaku industri untuk memetakan rantai pasok produksi sekalisgus rantai nilai dalam ekosistem industri itu sendiri.

Teknologi blockchain, kata Iwan, sejauh ini sudah mulai diujicoba dalam pengembangan sistem wakaf nasional dan terbukti sangat membantu digitalisasi. "Harapan saya ke depan pasar makanan halal kita memiliki ekosistem yang lebih bagus dengan teknologi digital," kata Iwan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement